KEBUDAYAANREPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI •Pasal 18 •(1) Standar Penilaian merupakan kriteria tentang penilaian proses dan hasil pembelajaran anak dalam rangka pemenuhan standar tingkat pencapaian perkembangan sesuai tingkat usianya •(2) Penilaian proses dan hasil pembelajaran anak
BAB 2 Hakikat dan Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini3. Sosok Utuh Kompetensi Guru PAUD Sebagaimana telah dipaparkan di atas, kompetensi akademik dan kompetensi profesional seorang gurumerupakan dua aspek yang terintegrasi, sehingga pembentukannya tidak dapat dipisahkan. Sehubungandengan itu, maka sosok utuh kompetesi profesional guru PAUD meliputi kemampuan mengenal anak secaramendalam, menguasai profil perkembangan fisik dan psikologis anak, menyelenggarakan kegiatan bermainyang memicu tumbuh kembang anak sebagai pribadi yang utuh, yang meliputi kemampuan merancangkegiatan yang memicu perkembangan anak, mengimplementasikan kegiatan yang memicu perkembangan anak,menilai proses dan hasil kegiatan yang memicu perkembangan peserta anak, serta melakukan perbaikan secaraberkelanjutan berdasarkan hasil penilaian terhadap proses dan hasil kegiatan yang memicu perkembangananak, dan mengembangkan profesionalitas secara Kompetensi Akademik Guru PAUD Berdasarkan sosok utuh kompetensi profesional guru PAUD, dapat dijabarkan kompetensi akademikguru PAUD sebagai berikut mengenal anak secara mendalam, memahami perkembangan anak mengenalidan mengidentifikasi kebutuhan, potensi serta permasalahannya; menyelenggarakan kegiatan belajarmelalui bermain yang memicu tumbuhkembang anak sebagai pribadi yang utuh wawasan pendidikan danpembelajaran anak, bidang pengembangan; memiliki kebiasaan untuk mengembangkan profesionalitassecara berkelanjutan. Setelah menguasai kompetensi akademik yang ditempuh dalam program pendidikan guru prajabatanterintegrasi, dengan beban studi minimal 144 sks, maka para calon guru menempuh program pengalamanlapangan di Kelompok Bermain/TPA atau di Taman Kanak-kanak. Selama proses pengalaman lapangantersebut, para calon guru PAUD menerapkan kompetensi akademik yang telah dikuasainya dalam konteksyang otentik di KB/TPA atau TK, selama sekitar 1 satu semester dengan bobot minimal 18 sks. Jika padaakhir pengalaman lapangan dia lulus dalam ujian praktik, maka calon guru ini telah menguasai kompetensiprofesional guru PAUD, dan layak mendapat sertifikat Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Agar mampu melaksanakan tugas sebagai pendidik anak usia dini, guru PAUD harus dipersiapkan melaluiPendidikan Guru PAUD PG-PAUD. Sehubungan dengan itu, perlu upaya yang terencana dan sistematis untukmenyiapkan PG-PAUD. Seiring dengan kebijakan pemerintah di bidang PAUD, maka untuk membangun danmengembangkan PAUD, berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah, mulai dari sistem perundang-undangan, sampai dengan hal-hal yang bersifat teknis operasional. Berbagai ketentuan tentang pendidikan bagianak usia dini termuat dalam UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan seluruh jenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini PAUD,sampai dengan jenjang pendidikan tinggi. Pada Pasal 28 ditetapkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini dapatdiselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan Anak Usia Dini dalampendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak/Raudatul Athfal TK/RA, Pendidikan bagi anak usiadini dalam jalur nonformal berbentuk Kelompok Bermain KB, Taman Penitipan Anak TPA atau bentuklain yang sederajat; sedangkan pendidikan bagi anak usia dini dalam jalur pendidikan informal berbentukpendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. 39Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Sebagai implementasi dari undang-undang tersebut, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Undang-undang No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, dimana salah satu ketentuannya menyebutkan bahwa pendidik anak usia dini wajib memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum D-IV atau S1 serta kompetensi sebagai pendidik. Para calon guru yang telah memiliki kualifikasi akademik S1 dan kompetensi sebagai pendidik, selanjutnya harus mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat pendidik. Selain perundang-undangan, telah ditetapkan pula kebijakan pemerintah berkenaan dengan tugas dan ekspektasi kinerja guru PAUD Ditjen Dikti, 2006. Arah kebijakan tersebut berkenaan dengan pengembangan konsep PAUD, pengembangan pendidikan guru anak usia dini, pengembangan anak sesuai dengan potensinya secara optimal, serta pengembangan sarana dan prasarananya. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, tenaga pendidik PAUD dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimum S-1 dalam bidang yang sesuai. Untuk keperluan ini diselenggarakan program S-1 Pendidikan Guru PAUD dengan rambu-rambu Naskah Akademik S1 PG-PAUD, Dirjen DIKTI, 2007 sebagai berikut Tujuan Program S-1 PG PAUD Penyelenggaraan Program S-1 PG-PAUD bertujuan untuk menghasilkan guru berkualifikasi Sarjana S-1 yang memiliki kompetensi sebagai guru PAUD yang mampu bertugas baik sebagai guru KB atau guru TK/RA, maupun guru KB dan guru TK/RA sekaligus. Standar Kompetensi Lulusan Sebagai suatu bentuk layanan ahli dengan kemampuan untuk mengambil keputusan non-rutin dalam pelaksanaan tugasnya, Standar Kompetensi lulusan S1 PG-PAUD secara utuh terdiri atas 1 sosok utuh kompetensi profesional guru PAUD, yang terkait dan tak terpisahkan dari 2 kompetensi akademik guru PAUD, serta 3 kompetensi profesional guru PAUD. Kompetensi Profesional Guru PAUD Kompetensi profesional adalah kemampuan menerapkan kompetensi akademik dalam situasi otentik di KB/TPA dan TK/RA. Kemampuan ini dicerminkan antara lain dalam menyesuaikan rancangan permainan sesuai dengan situasi yang dihadapi keputusan situasional atau melakukan berbagai perubahan dalam penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan situasi yang berkembang mengambil keputusan transaksional. Berbekal penguasaan kompetensi akademik yang ditempuh dalam program pendidikan guru prajabatan terintegrasi dengan beban studi minimum 144 sks, kompetensi profesional guru PAUD dikembangkan melalui program pengalaman lapangan di KB, di TK/RA, atau di KB dan TK/RA sesuai dengan konsentrasi yang dipilih. Selama proses pengalaman lapangan tersebut, para calon guru PAUD menerapkan kompetensi akademik yang telah dikuasainya dalam konteks yang otentik di KB/TPA dan TK/RA untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya sekitar satu semester dengan bobot sekitar 18 sks. Bagi mahasiswa yang memilih dua konsentrasi KB/TPA dan TK/ RA bobot sks PPL menjadi sekitar 36 sks yang ditempuh dalam waktu sekitar 2 semester. Pengalaman lapangan dilakukan di KB/TPA atau TK/RA yang memenuhi syarat. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini memberikan hak kepada lulusan S-1 PG PAUD untuk memperoleh sertifikat pendidik melalui uji 2 Hakikat dan Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia DiniLama dan Beban Studi S-1 PG PAUDPendidikan Guru PAUD meliputi dua tahap, yaitu pendidikan akademik dan pendidikan akademik memiliki beban studi minimal 144 sks, dengan lama studi minimal 8 semester. Setelahmenyelesaikan tahap ini lulusan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Pendidikan profesional ditempuh olehlulusan yang berkeinginan menjadi guru PAUD. Program ini merupakan pendidikan profesi yang ditempuhselama 1 semester dengan beban studi 18 sks bagi yang memilih satu konsentrasi dan 2 semester dengan bebanstudi 36 sks bagi yang memilih dua KonsentrasiUntuk melengkapi lulusan PG-PAUD dengan kemampuan profesional sebagai guru KB, atau guru TK/RA, atau guruKB dan guru TK/RA sekaligus dapat disiapkan program konsentrasi yang sesuai dengan kebutuhan dan pilihan calonguru, seperti konsentrasi KB, TK/RA, atau KB dan TK/RA memilih keduanya. Program konsentrasi dapat dipilihsesuai dengan minat dan kemampuan mahasiswa setelah mereka menyelesaikan seluruh mata kuliah Pengenalan LapanganPembentukan penguasaan kompetensi profesional guru PAUD diselenggarakan melalui PPL yang merupakanmuara program yang memberi kesempatan kepada mahasiswa S-1 PG-PAUD untuk menerapkan segalapengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperoleh dari semua mata kuliah ke dalam kehidupan danproses pembelajaran di KB atau TK/RA. Mahasiswa yang memilih konsentrasi KB melakukan PPL di KB,sedangkan yang memilih konsentrasi TK/RA melakukan PPL di TK/RA. PPL dilakukan secara bertahap dansistematis di bawah bimbingan para dosen pembimbing dan guru Program S-1 PG PAUD berasal dari lulusan SMA dan yang sederajat, atau D-II PGTK. Seiringdengan terbitnya surat keputusan tentang Penyelenggaraan Program S-1 PG PAUD, maka bagi perguruantinggi yang selama ini menyelenggarakan program pendidikan baik Diploma 2 PGTK dan program S1 PAUDdan S1 PGTK dihimbau untuk melakukan penyesuaian seperlunya. Untuk lebih menghayati tentang pentingnya keberadaan Program Studi S1 PG-PAUD maka StandarKompetensi Lulusan SKL perlu diarahkan pada pemahaman secara komprehensif bagi para calon guru/pendidik tentang paradigma, tujuan dan serta proses pendidikan dan pembelajaran bagi anak sejak usia dini. Merujuk pada Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapatkanpendidikan dan pembelajaran†dan diperkuat oleh Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional Pasal 3 dijelaskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional “Pendidikan Nasionalberfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab; sedangkan penjabaranlebih lanjut tentang tujuan Pendidikan Anak Usia Dini menurut Departemen Pendidikan Nasional adalah“Untuk membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral danagama secara optimal dalam lingkungan pendidikan yang kondusif, demokratis dan kompetitif â€. 41Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Selanjutnya berdasarkan hak anak yang tertuang dalam Undang-undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 9 Ayat 1 dijelaskan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pembelajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Berdasarkan sejumlah rujukan tersebut jelaslah bahwa setiap warga negara Indonesia yang hidup di bumi pertiwi ini wajib memperoleh pendidikan yang berlangsung secara terus-menerus dan berlangsung seumur hidup. Untuk itu, berkaitan dengan tujuan pendidikan bagi anak usia dini, maka dapat dimaknai bahwa setiap lembaga pendidikan anak usia dini baik formal, informal ataupun nonformal bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif, demokratis dan kompetitif agar semua potensi dan dimensi perkembangan yang ada dalam diri anak dapat berkembang dengan optimal. Kesemua usaha pendidikan di atas dengan dilakukan dalam rangka mengaktualisasikan seluruh potensi yang tersembunyi the hidden potency dalam diri masing-masing anak sehingga akan terwujud dalam bentuk perilaku nyata yang dapat diamati the actual potency. Secara operasional, Bredekamp dan kawan-kawan 199211-12 menyatakan bahwa tujuan program pendidikan bagi anak usia dini harus mencakup seluruh domain mulai dari emosional, sosial, kognitif, fisik dan harus mencakup sikap dan disposisi yang dikehendaki, keterampilan dan proses, pengetahuan dan pemahaman. Selanjutnya tujuan program anak usia dini tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut 1 mengembangkan konsep diri dan sikap positif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki; 2 mengembangkan keingintahuan tentang dunia, kepercayaan diri sebagai individu, kreativitas dan imaji- nasi dan inisiatif pribadi; 3 mengembangkan relasi timbal balik antara kepercayaan dan respek bersama terhadap orang tua dan te- man sebaya, 4 memahami perspektif orang lain, dan merundingkan dan menerapkan aturan dalam kehidupan; 5 memahami dan respek terhadap pelbagai sosial dan budaya; 6 mengetahui tentang peran masyarakat dan sosial; 7 menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara efektif yang berguna bagi upaya belajar dan berpikir; 8 menjadi individu yang memahami dan memperoleh kepuasan, selain memperoleh informasi, melalui membaca dan menulis; 9 berpikir secara kritis, memberi alasan, dan memecahkan masalah; 10 membangun pengertian tentang relasi di antara objek, orang, dan kejadian, seperti mengklasifikasikan, mengurutkan, bilangan, ruang, dan waktu; 11 membangun pengetahuan tentang dunia fisik, memanipulasi objek untuk sesuatu pengaruh teertentu yang dikehendaki, dan memahami hubungan sebab akibat; 12 memperoleh pengetahuan; serta 13 mengapresiasi mengenai seni, kemanusiaan, dan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, dampak dari kebutuhan yang sangat besar terhadap pendidik/ guru anak usia dini yang mampu melayani anak secara profesional, maka baik pemerintah dan lembaga non pemerintah telah menggulirkan berbagai program peningkatan kinerja guru melalui program singkat, seperti seminar, workshop, lokakarya, magang dan atau 2 Hakikat dan Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini6. Pendidikan Profesi Guru Merujuk pada dokumen sosialisasi PPG Kemendiknas, Dikti, 20101-2 tentang program sertifikasi gurudi Indonesia, maka pemerintah telah mencanangkan bahwa terdapat 2 dua program utama yaitu 1 sertifikasiguru pra jabatan melalui pendidikan profesi guru/ PPG dan 2 sertifikasi guru dalam jabatan melalui penilaianportofolio dan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru PLPG yang direncanakan akan berakhir di tahun 2014.Pada paparan berikut ini hanya akan dijelaskan tentang pendidikan profesi guru PPG. Latar belakang adanya program Pendidikan Profesi Guru PPG didasari oleh adanya kenyataannya dimasyarakat, dimana profesi guru sampai saat ini masih dipandang rendah oleh masyarakat dibandingkan denganprofesi lain seperti dokter, pengacara, arsitek, dan sebagainya. Sebagian besar masyarakat masih menganggapbahwa profesi guru adalah profesi yang mudah dilakukan oleh siapapun tanpa harus berpendidikan tinggi. Terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam segala aspek kehidupan akibat dari gelombangglobalisasi serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan serangkaian tantangan baruyang perlu disikapi dengan cermat dan sistematis. Perubahan tersebut secara khusus berdampak terhadaptuntutan akan kualitas pendidikan secara umum, dan kualitas pendidikan guru secara khusus untukmenghasilkan guru yang profesional. Guru profesional adalah guru yang dalam melaksanakan tugasnya mampu menunjukkan kemampuannyayang ditandai dengan penguasaan kompetensi akademik kependidikan dan kompetensi substansi dan/ataubidang studi sesuai bidang ilmunya. Calon guru harus disiapkan menjadi guru profesional melalui pendidikanprofesi guru. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikanprofesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan mahasiswa didik untukmemiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian, program Pendidikan Profesi GuruPPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV Non-Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar mereka dapat menjadi guru yang profesionalsesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik. Dengan demikian keluaranPPG PGPAUD diharapkan mampu beradaptasi dan melaksanakan tugas profesi pendidik yang unggul,bermartabat, dan dibanggakan lembaga pendidikan pengguna, masyarakat dan bangsa Pengertian Program PPG Menurut UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pendidikan profesi adalah pendidikan tinggisetelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratankeahlian khusus. Dengan demikian program PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuklulusan S-1Kependidikan dan S-1/D-IV Non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru,agar mereka dapat menjadi guru yang profesional sesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperolehsertifikat pendidik Sesuai pasal 1 ayat 2 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang PendidikanProfesi Guru disebutkan bahwa program pendidikan profesi guru prajabatan yang selanjutnya disebut programPendidikan Profesi Guru PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkanlulusan S1 kependidikan dan S1/D IV non kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agarmenguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga dapat memperolehsertifikat pendidik profesional pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 43Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini b. Landasan Penyelenggaraan Program PPG Merujuk pada bahan seminar dan sosialisasi Pendidikan Profesi Guru Kemendiknas, Dirjen Dikti, 2010 landasan penyelenggaraan program PPG sangatlah kuat dan patut untuk dilaksanakan. Perundang-undangan dan peraturan pemerintah yang terkait dengan hal tersebut adalah 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; 3 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 4 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; 5 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru; 6 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang Program Pendidikan Profesi Guru Pra-Jabatan; 7 Naskah Akademik Program PPG Pra-Jabatan; 8 Panduan Penyelenggaraan Program PPG Pra-Jabatan. c. Tujuan Program PPG Mengacu pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tujuan umum program PPG adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi mahasiswa didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan khusus program PPG seperti yang tercantum dalam pasal 2 Permendiknas Nomor 8 Tahun 2009 adalah untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, dan pelatihan mahasiswa didik serta melakukan penelitian, dan mampu mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan. d. Program PPG PAUD Berkenaan dengan PPG bagi pendidik yang melayani anak usia dini berdasarkan UU Tahun 2003, adalah anak sejak lahir- 6 tahun, dianggap mengasuh, membimbing dan mendidik anak usia dini adalah hal yang mudah, siapapun dapat melakukannya tanpa harus mengikuti pendidikan tinggi apalagi memiliki sertifikat sebagai Pendidik. Itu berarti, siapapun dengan latar belakang pendidikan dari manapun dapat menjadi guru, tanpa perlu tanpa adanya legalisasi kompetensi dari masyarakat dan pemerintah. Alasan lainnya adalah berkaitan dengan kualitas, performa dan kesejahteraan guru yang saat ini sudah menjadi guru di berbagai Lembaga PAUD terutama di TK. Apabila ditinjau dari segi kualitas, guru anak usia dini di Indonesia belum sesuai dengan apa yang diharapkan dalam PP No. 14 tahun 2005 dan PP No 19 tahun 2005, yaitu berkualifikasi minimal S1 atau DIV dan memiliki kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan profesional. Merujuk pada dokumen Program Penyelenggaraan PPG PAUD Dirjen DIKTI, Depdiknas, 2009 9-11 diketahui bahwa pada kompetensi pedagogik, guru tidak atau belum memahami perkembangan anak dan cara mendidik anak sesuai dengan kebutuhan/ tahapan perkembangan anak. sehingga wajar saja jika guru salah/ keliru menanamkan konsep awal pada anak usia dini. Apa yang diajarkan guru hanya berdasarkan pengalaman nenek moyangnya/pendahulunya bahkan banyak juga guru yang masih melakukan tindak kekerasan pada anak usia dini; Pada kompetensi profesional guru anak usia dini belum mampu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini. Guru tidak memberikan layanan bimbingan/konseling pada anak usia dini secara komprehensif. Guru belum mampu menjadi contoh teladan, fasilitator, motivator dan teman bermain bagi anak secara optimal. Masih banyak guru yang selalu menggunakan teori belajar behavioristik,44BAB 2 Hakikat dan Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dinitidak dimodifikasi dengan teori belajar yang lain sehingga guru cenderung bersifat otoriter atau teacher centerbukan student center. Selain itu, guru juga masih banyak yang kurang cakap dalam mencatat, mengelola,mengarsipkan dan menggunakan kembali dokumen-dokumen yang mereka miliki; Pada kompetensi sosial,masih ada guru yang kurang membina kerjasama dengan sesama guru, orangtua dan masyarakat. Masih adaguru yang berpenyakit hati terhadap keberhasilan orang lain. Membina kerjasama dengan orangtua masihdirasa kurang, guru selalu mengharapkan orangtua yang selalu hadir dalam program sekolah namun guru masihjarang melakukan home visit, hanya dilakukan jika anak mengalami masalah. Ada juga yang malas mengikutiorganisasi profesi karena dianggapnya buang-buang waktu atau ada kesibukan lain yang lebih juga jarang terlibat dalam event-event social politik pemerintah, padahal guru bisa berkiprah dengankeunggulannya mencerdaskan kehidupan; Pada kompetensi kepribadian, masih banyak guru yang belummemiliki konsep diri positif terhadap diri dan lingkungannya. Sikap negatif lebih banyak ditonjolkan sepertiegosentris, otoriter berlebihan, malu, kurang percaya diri, dan sebagainya. Nilai-nilai budaya yang luhur sudahmulai pudar dari diri guru. dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi. Yang dimaksud misalnya guru kurangmampu menyaring budaya kapitalisme/sekulerisme untuk diterapkan pada pendidikan anak usia dini. Gurukadang mengabaikan sisi psikologis dan sosial dengan penggunaan alat-alat teknologi canggih. Pelanggaranhak-hak asasi manusia juga masih saja dilakukan pada anak usia dini. Adanya pemberian hukuman yang tidakmendidik bahkan mencelakakan anak masih saja dilakukan oleh guru yang tidak memahami perkembangananak dan cara Calon Peserta dan Rekruitmen Program PPG Peserta program PPG dapat berasal dari lulusan mahasiswa S1 jalur kependidikan dan non kependidikan,sehingga apabila di kelompokkan dapat berasal dari ï‚ S-1 Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh bersifat linier, misalnya lulusan S1 PG PAUD ikut PPG Anak Usia Dini; ï‚ S-1 Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan me- nempuh matrikulasi; ï‚ S-1/D-IV Non Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi; ï‚ S-1/D-IV Non Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi; ï‚ S-1 Psikologi untuk program PPG pada PAUD atau SD, dengan menempuh matrikulasi. Program matrikulasi hanya dipersiapkan bagi peserta PPG pra jabatan. Artinya lulusan S-1 Kependidikandan S-1/D-IV Non Kependidikan yang tidak sesuai linier dengan program PPG yang akan diikuti, harusmengikuti program matrikulasi. Matrikulasi adalah sejumlah matakuliah yang wajib diikuti oleh peserta program PPG yang sudahdinyatakan lulus seleksi untuk memenuhi kompetensi akademik bidang studi dan/atau kompetensi akademikkependidikan sebelum mengikuti program PPG. Matrikulasi diperuntukkan bagi calon peserta ProgramPPG Pra Jabatan yang belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan berdasarkan hasil asesmen berdasarkanstandar kompetensi lulusan melalui tes penguasaan SKL. Kurikulum matrikulasi adalah kurikulum S1kependidikan dapat berupa matrikulasi matakuliah akademik kependidikan, maupun akademik bidang studi.Sumber Pedoman Penyelenggaraan PPG Anak Usia Dini, Dikti, Kemdiknas, 2009 45Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Latihan Untuk lebih memantapkan pemahaman tentang isi bab ini, maka lakukanlah diskusi kelompok dengan tahapan sebagai berikut ï‚ï€ Bagi kelas menjadi 3 kelompok berdasarkan kesenangan berkawan ï‚ï€ Setiap kelompok silakan memilih topik berikut untuk didiskusikan ïƒ¼ï€ Implementasi landasan yuridis penyelenggaraan PAUD ïƒ¼ï€ Implementasi landasan filosofis dan religi penyelenggaraan PAUD ïƒ¼ï€ Implementasi landasan keilmuan penyelenggaraan PAUD ï‚ï€ Setiap kelompok menyusun resume dan presentase dalam diskusi panel ï‚ï€ Buat kesimpulan dari ketiga topik tersebut. Ringkasan Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ï¶ Anak usia dini adalah sekelompok individu yang berusia antara 0-8 tahun yang sedang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. ï¶ Anak pada hakikatnya adalah seorang manusia atau makhluk individu yang memiliki pola perkembangan tertentu dan kebutuhan yang berbeda dengan orang dewasa. Anak menurut arti kamus disebut sebagai manusia kecil, sedangkan menurut ahli psikologi anak disebut sebagai manusia kecil yang memiliki potensi, tingkah laku dan karakteristik tertentu dan khas yang tidak sama dengan orang dewasa dan harus dikembangkan, sehingga nantinya ia akan berkembang menjadi makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya agar kelak ia dapat menjadi manusia dewasa seutuhnya yang memiliki derajat kemanusiaan yang tinggi. ï¶ Pendidik di lembaga PAUD adalah suatu jabatan atau profesi yang memerlukan kompetensi, keterampilan dan keahlian khusus dibidang keusiadinian. Ciri yang harus dimiliki seorang pendidik anak usia dini adalah 1 memiliki kharisma atau wibawa dan dapat menjadi panutan atau teladan; 2 memiliki tanggung jawab secara sadar dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak; 3 memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas secara profesional. ï¶ Landasan penyelenggaraan PAUD terdiri dari landasan yuridis, yaitu berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku; landasan filosofis dan religi, yaitu berdasarkan nilai-nilai filosofis dan religi yang dianut dan secara turun temurun berkembang di lingkungan; serta landasan keilmuan dan empiris, yaitu berdasarkan berbagai temuan terkini yang bersifat isomorfis dari berbagai disiplin keilmuan usia Tujuan, Fungsi Serta Komitmen dan Kebijakan PAUD di IndonesiaKonsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini nak usia dini merupakan aset bangsa yang harus mendapat perhatian dari berbagai pihak yang bertanggung jawab. Keberhasilan pengembangan anak usia dini diberbagai negara maju terlihat dari komitmen yang tinggi dari penentu kebijakan dalam hal ini pemerintah. Untuk mewujudkan pendidikan anak usia dini bukanlah hal yang sederhana tetapi membutuhkan pemikiran yang mendalam. Untuk dapat menyelenggaraan PAUD, maka semua pihak yang berkepentingan perlu mengetahui tentang tujuan, fungsi serta komitmen dan kebijakan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini. Diharapkan setelah mempelajari bab ini, pembaca dan mahasiswa dapat 1. Menjelaskan tujuan pendidikan anak usia dini 2. Menjelaskan fungsi pendidikan anak usia dini 3. Mengkaji komitmen dan kebijakan pendidikan anak usia dini Berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran/indikator di atas, maka selanjutnya akan dipaparkan topik bahasan tersebut di atas. A. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bengsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangggung jawab UU RI BAB II Pasal 3. Tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai, adalah 1 dapat mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak usia dini dan mengaplikasikan hasil identifikasi ter- sebut dalam pengembangan fisiologis yang bersangkutan. 2 dapat memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya. 3 dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini. 4 dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini. 5 dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi pengembangan anak usia kanak-kanak. Tujuan pendidikan anak usia dini secara umum adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus kegiatan pendidikan bertujuan agar 1 anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan Ciptaan Tuhan dan mencintai sesama. Con- toh pendidik mengenalkan kepada anak didik bahwa Allah SWT menciptakan berbagai makhluk selain manusia, seperti binatang, tumbuhan, dan sebagainya yang semua itu harus kita sayangi. 2 anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik panca indera. Contoh Menari, bermain bola, menulis ataupun 3 Tujuan, Fungsi Serta Komitmen dan Kebijakan Paud di Indonesia3 anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar. Contoh ketika sudah melakukan pembahasan tema, diberikan kepada anak didik untuk bertanya atau menjawab isi tema yang telah dibahas.4 anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat. Contoh mencari pasangan gambar yang berkaitan dengan sebab akibat, lalu anak akan be- rusaha memecahkan masalah dan memberikan alasan tersebut.5 anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat dan menghargai keraga- man sosial dan budaya serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki.6 anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, serta menghar- gai hasil karya yang kreatif. Contoh anak yang senang dan menyukai dengan musik, saat mendengar lagu maka akan segera mengikutinya, ataupun ketika diminta melanjutkan syair kedua hingga selesai, maka anak mampu itu, tujuan pendidikan anak usia dini adalah1 untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidi- kan dasar serta mengarungi kehidupan dimasa dewasa.2 untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar akademik di sekolah.3 intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan potensi–potensi yang ter- sembunyi hidden potency yaitu dimensi perkembangan anak bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan bakat.4 melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan per- kembangan potensi-potensi yang dimiliki anak. Urgensi pendidikan anak usia dini berdasarkan tinjauan didaktis psikologi adalah untuk mengembangkanberbagai aspek kecerdasan yang merupakan potensi bawaan. Kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anakhanya akan berarti apabila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang dikenal dengan istilahkecakapan hidup life skills. Berdasarkan hasil penelitian Maddaleno dan Infante 20015, mengidentifikasiterdapat tiga kategori kunci tentang life skill yaitu keterampilan sosial dan interpesonal, keterampilan kognitifdan keterampilan meniru emosi emosional coping skills. Melalui berbagai kecakapan hidup yang dikuasainya,diharapkan anak akan mampu bertahan hidup dan bertangggung jawab terhadap diri mereka sendiri. Padadasarnya, Catron dan Allen 1999205 menyatakan bahwa pembelajaran kecakapan hidup bertujuan agar anakmampu mengurus diri sendiri self help dan kemudian mampu menolong orang lain social skill sebagai suatubentuk kepedulian dan tangggung jawab sosialnya sebagai salah satu anggota keluarga dan masyarakat di manaanak berada. Dalam buku ini yang dimaksudkan dengan keterampilan hidup tidak ditekankan pada teknikalatau keterampilan vokasional seperti tukang kayu, menjahit, program komputer melainkan lebih diarahkanpada keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dalam kehidupan nyata agar seseorang anak dapat bertahan hidup dan mengembangkan segala sesuatuyang ada pada dirinya dibutuhkan suatu kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan untuk menjagakelangsungan hidupnya. Mampu berarti memiliki kualifikasi yang dibutuhkan bagi kehidupan di masa depan. 49Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Sanggup berarti mau, komitmen, bertanggung jawab dan dedikasi menjalankan kehidupannya. Terampil dalam arti cepat, cekatan dan tepat dalam mencapai sasaran hidup yang diinginkannya Sujiono, 2007 1. Brolin 19892 mendefinisikan keterampilan hidup sebagai kontinyu pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan seseorang untuk berfungsi secara mandiri dalam kehidupan. Pendapat lain mengatakan bahwa keterampilan hidup adalah kecakapan sehari-hari yang diperlukan oleh seseorang agar sukses dalm menjalankan kehidupan http Sementara itu Tim Broads-Based Education 20023 menafsirkan keterampilan hidup sebagai keterampilan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya http Keterampilan hidup adalah keterampilan yang dapat dipelajari pada setiap tingkatan umur dan diterapkan secara umum dalam mengatasi berbagai tantangan yang mungkin ditemukan dalam kehidupan yang dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan fungsional praktis serta perubahan sikap kepada seseorang untuk dapat bekerja dan usaha mandiri, membuka lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya. Menurut WHO, keterampilan hidup life skill adalah kemampuan perilaku positif dan adaptif yang mendukung seseorang untuk efektif mengatasi tuntutan dan tantangan selama hidupnya. Berdasarkan Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 Ayat 3 disebutkan â€Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan Sesuai dengan UU Pendidikan No. 20/2003 disebutkan bahwa Life Skill Education LSE termasuk dalam pendidikan nonformal, yang memberikan keterampilan personal, sosial, intelektual/akademis dan vokasional untuk bekerja secara mandiri. Unicef mendefinisikan life skill adalah pendekatan pengembangan perilaku atau perubahan perilaku antara pengetahuan, sikap dan keterampilan. Keterampilan yang dimaksudkan adalah keterampilan memecahkan masalah, berpikir kritis, mengambil keputusan, berpikir kreatif, berhubungan interpersonal, bernegosiasi, mengembangkan kesadaran diri, berempati dan mengatasi stress dan emosi. Kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anak hanya akan berarti apabila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang dikenal dengan istilah kecakapan hidup life skills. Berdasarkan hasil penelitian Maddaleno dan Infante 20015, mengidentifikasi terdapat tiga kategori kunci tentang life skill yaitu keterampilan sosial dan interpesonal, keterampilan kognitif dan keterampilan meniru emosi emosional coping skills. Melalui berbagai kecakapan hidup yang dikuasainya, diharapkan anak akan mampu bertahan hidup dan bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri. Pada dasarnya, Catron dan Allen 1999205 menyatakan bahwa pembelajaran kecakapan hidup bertujuan agar anak mampu mengurus diri sendiri self help dan kemudian mampu menolong orang lain social skill sebagai suatu bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosialnya sebagai salah satu anggota keluarga dan masyarakat di mana anak berada. Dalam pendidikan anak usia dini yang dimaksudkan dengan keterampilan hidup tidak ditekankan pada teknikal atau keterampilan vokasional seperti tukang kayu, menjahit, program komputer melainkan lebih diarahkan pada keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan manusia yang dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjalankan rutinitas kehidupan yang berhubungan dengan kemandirian, antara lain dalam hal mengurus diri sendiri, mandi, makan, berpakaian dan atau hal 3 Tujuan, Fungsi Serta Komitmen dan Kebijakan Paud di Indonesia Sebagai kesimpulan yang dimaksud dengan keterampilan hidup adalah kemampuan, kesanggupan danketerampilan yang diperlukan oleh seorang anak untuk menjalankan hidup sehari-hari. Oleh karena itu,pendidikan keterampilan hidup seharusnya adalah pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yangdilakukan secara benar kepada anak tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar anak yang bersangkutanmampu, sanggup dan terampil mengurus dirinya sendiri. Untuk itu, Tillman dan Hsu 2004 xiv-xv mengatakan bahwa pendidikan nilai living value sangatpenting untuk dikembangkan, bukan hanya dimasukkan dalam bidang pengembangan perilaku melaluipembiasaan, akan tetapi harus terintegrasi dalam semua bidang pengembangan, termasuk lewat situasi dilembaga persekolahan yang dibangun berdasarkan nilai-nilai tersebut. Itu berarti pendidikan nilai bukan hanyamenjadi tugas bagi guru budi pekerti atau agama saja, tetapi menjadi tanggung jawab semua guru bahkan stafdan semua orang yang ada di lembaga tersebut. Berdasarkan paparan di atas, maka urgensinya pendidikan anak usia dini akan dapat 1 menumbuh-kembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar mampu menolong diri sendiri self help, yaitu man-diri dan bertangggung jawab terhadap diri sendiri, seperti mampu merawat dan menjaga kondisi fisiknya,mampu mengendalikan emosinya, dan mampu membangun hubungan dengan orang lain dan 2 meletakkandasar-dasar tentang bagaimana seharusnya belajar learning how to learn. Contoh 1 pengalaman belajar keterampilan hidup seperti memakai kaos kaki, memakai se- patu, membuka kancing, dan aktivitas keseharian lainnya. Contoh 2 memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan pembelajaran dengan ke- mauan sendiri, tidak dengan paksaan, dengan menyediakan media yang sesuai dengan minat anak. Hal ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO yaitu learning to knowmelalui media dan penjelasan guru, learning to do melakukan aktivitas langsung, learning to be denganbermain peran, dan learning to live together berinteraksi dengan anak lain dengan mentaati ketentuan danperaturan yang berlaku Napitupulu, 2001157-159. Tujuan dari program layanan anak usia dini adalahmembantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan dan kreativitas/dayacipta yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhanserta perkembangan pada tahapan selanjutnya. Adapun tujuan utama dari program pengembangan PAUD diIndonesia yaitu untuk membantu anak Indonesia dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannyasehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupandi masa dewasa, sedangkan tujuan penyertanya adalah untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapanbelajar akademik di sekolah. Berdasarkan aspek agama, tujuan pendidikan yaitu untuk memberikan pengetahuan, penghayatan danpengalaman nilai-nilai ajaran agama, sehingga mendorong terbentuknya kepribadian yang dilandasi nilai-nilaiajaran agama yang tercermin pada sikap dan perilaku sehari-hari. Adapun tujuan lain menurut Depdiknas200115, seperti 1 mengembangkan potensi yang ada pada anak secara optimal; dan 2 mewujudkan anak 51Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini yang cerdas, sehat, ceria, berakhlak mulia yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan- nya sehingga memiliki kesiapan yang optimal untuk fase kehidupan selanjutnya. B. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Filosofi pada anak usia dini adalah pendidikan yang berpusat pada anak yang mengutamakan kepentingan bermain. Permainan yang diperuntukkan bagi anak memberikan peluang untuk menggali dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Permainan pada anak dapat menimbulkan rasa nyaman, untuk bertanya, berkreasi, menemukan dan memotivasi mereka untuk menerima segala bentuk risiko dan menambah pemahaman mereka. Selain itu, dapat menambah kesempatan untuk meningkatkan pemahaman dari setiap kejadian terhadap orang lain dan lingkungan. Permainan pada anak usia dini sangat penting dan sangat istimewa karena dapat menambah pengalaman mereka, meningkatkan kecakapan hidup dan memecahkan masalah. Bermain dengan banyak media khususnya untuk anak usia dini dapat membantu peningkatan rasa percaya dirinya http // /wiki/early_ childhood_education. Beberapa fungsi pendidikan bagi anak usia dini yang harus diperhatikan, dapat dijelaskan sebagai berikut 1 Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahapan perkembangannya. Contoh menyiapkan media pembelajaran yang banyak sesuai dengan kebutuhan dan minat anak; 2 Mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Contoh field trip ke Taman Safari, selain dapat mengenal bermacam- macam hewan ciptaan Allah juga dapat mengenal berbagai macam tumbuhan dan hewan serta mengenal perbedaan udara panas dan dingin; 3 Mengembangkan sosialisasi anak. Contoh bermain bersama teman, melalui bermain maka anak dapat berinteraksi dan berkomunikasi sehingga proses sosialisasi anak dapat berkembang; 4 Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak. Contoh mengikuti peraturan atau tata cara upacara bendera, dapat menanamkan peraturan dan mengenal arti penghormatan kepada pahlawan perjuangan bangsa; 5 Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya. Contoh bermain bebas sesuai dengan minat dan keinginan anak. Selain itu, fungsi PAUD lainnya yang penting diperhatikan, adalah 1 sebagai upaya pemberian stimulus pengembangan potensi fisik, jasmani, dan indrawi melalui metode yang dapat memberikan dorongan perkembangan fisik/motorik dan fungsi inderawi anak; 2 memberikan stimulus pengembangan motivasi, hasrat, dorongan dan emosi ke arah yang benar dan sejalan dengan tuntutan agama; 3 stimulus pengembangan fungsi akal dengan mengoptimalkan daya kognisi dan kapasitas mental anak melalui metode yang dapat mengintegrasikan pembelajaran agama dengan upaya mendorong kemampuan kognitif anak. Adapun hubungan antara karakter anak usia dini dan fungsi pendidikan bagi anak usia dini sangat jelas dan dapat dikategorikan, sebagai berikut 1 Setiap anak memiliki potensi pembawaan yang diberikan oleh Tuhan; 2 Potensi anak yang dikembangkan hanya mengandalkan stimulasi alam nature hasilnya tidak akan maksimal; 3 Potensi anak yang dikembangkan dengan stimulasi kultural nurture hasilnya dapat maksimal; dan 4 Fungsi PAUD adalah dapat memberikan stimulasi kultural kepada anak sampai dengan usia enam tahun Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah beberapa fungsi program stimulasi edukasi, yaitu52BAB 3 Tujuan, Fungsi Serta Komitmen dan Kebijakan Paud di Indonesiaï‚§ï€ Fungsi Adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya Fungsi Sosialisasi, berperan dalam membantu anak agar memiliki keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari di mana anak Fungsi Pengembangan, berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat menumbuhkembang- kan potensi tersebut kearah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri maupun Fungsi Bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakikat- nya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun pengetahuannya Fungsi Ekonomik, pendidikan yang terencana pada anak merupakan investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Terlebih lagi investasi yang dilakukan berada pada masa keemasan the golden age yang akan memberikan keuntungan berlipat Komitmen dan Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangatstrategis dalam pengembangan sumber daya manusia Depdiknas, 20051. Mengingat anak usia dini yaitu anakyang berada pada rentang usia lahir sampai dengan enam tahun merupakan rentang usia kritis dan sekaligusstrategis dalam proses pendidikan yang dapat memengaruhi proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnyaDepdiknas,20052. Itu artinya periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuhkembangkanberbagai kemampuan fisiologis, kognitif, bahasa, sosioemosional dan spiritual. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh semua anak, karena pendidikan merupakansalah satu modal yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk meraih kesuksesan dalam pendidikan bagi setiap warga negara perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagaipihak terutama pemerintah. Peran dan tanggung jawab pemerintah terhadap pengasuhan, pendidikan danpengembangan anak usia dini di Indonesia telah diwujudkan dalam bentuk berbagai kebijakan dan kesepakatanbaik dalam lingkup internasional maupun Komitmen Internasional Secara internasional, perhatian terhadap pendidikan anak usia dini semakin serius sejak dicanangkannyaEducation for All Pendidikan Untuk Semua= PUS di Jomtien-Thailand 1999 yang memperjuangkankesejahteraan bagi anak di seluruh dunia. Education for all, pendidikan untuk semua PUS yang menyepakatiperlunya pendidikan untuk semua orang sejak lahir sampai menjelang ajal. Pendidikan. Dari pernyataanpendidikan untuk semua seharusnya manusia mengambil dan mendapatkan pendidikan dari sejak dia lahirsampai kematian menjemput, karena dengan pendidikan manusia dapat melakukan segala sesuatu dan dapatberkehendak sesuai dengan keinginan. Pendidikan tidaklah harus dibatasi oleh orang perorangan, status sosial,jenis kelamin, maupun kemampuan individu. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan. Oleh sebab itu,di dalam merencanakan proses pendidikan, harus mencakup semua lapisan masyarakat sehingga sama ratadalam pendidikan yang layak Napitupulu, 2001159-162. 53Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Convention on the Right of the Child, menegaskan perlunya perlindungan dan perkembangan anak dalam layanan pendidikan dasar dan keaksaraan. Semua anak usia dini berhak mendapatkan pendidikan dasar. Yang dicanangkan dalam wajib belajar 9 tahun, tetapi sampai sekarang masih banyak sekali anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang semestinya Kerangka Besar Pembangunan PAUD Indonesia/KBPPI, 20114.†Diperlukan adanya usaha pemerintah dan para pendidik untuk lebih memperhatikan hak-hak anak dalam mendapatkan pelayanan pendidikan yang baik. Dengan memberikan subsidi yang cukup kepada sekolah- sekolah binaan pemerintah sehingga dapat melayani kebutuhan pendidikan anak-anak di daerah yang masih terpencil/terbelakang. The Salamanca Statement di Spanyol tahun 1994, pemenuhan kebutuhan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk pemenuhan kebutuhan pendidikan. Walaupun telah banyak perhatian terhadap pendidikan anak usia dini, ternyata hal itu baru dilakukan pada anak-anak dengan keadaan normal. Deklarasi Salamanca ini menyatakan bahwa anak yang lahir dengan kebutuhan khusus atau anak dengan berkebutuhan khusus pun berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Deklarasi Dakar di Senegal tahun 2000 yang bertemakan, pendidikan untuk semua dan semua untuk pendidikan Education for all and all for education. Deklarasi Dakar ini merupakan penegasan dari komitmen Jomtien dan menekankan perlunya memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini terutama bagi anak yang sangat rawan dan kurang beruntung. Dari pernyataan di atas lagi-lagi membahas tentang perbaikan dan perawatan anak usia dini, tetapi sampai sekarang masih banyak anak-anak usia dini yang masih terabaikan dan belum mendapatkan perhatian dari pemerintah Napitupulu, 2001164. Tidak semua anak berkesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak, dalam arti mendapatkan kurikulum yang baik dan fasilitas sekolah yang memadai. Oleh sebab itu, perlu kiranya para pendidik umumnya dan pemerintah khususnya untuk lebih memperhatikan nasib anak-anak yang kurang beruntung dan tidak dapat bersekolah karena tidak adanya biaya. Dalam hal ini pemerintah bisa memfasilitasi sekolah, tenaga guru, sarana belajar, alat-alat yang secukupnya agar anak-anak yang kurang beruntung juga dapat mengecap pendidikan sekolah sehingga kelak bangsa ini tidak menjadi bangsa yang buta huruf karena banyaknya warga yang tidak mengenal huruf karena tidak bisa membaca. Pada butir pertama dari enam tujuan dalam dokumen kerangka aksi pendidikan untuk semua The Dakar Framework for Action Education for All telah disepakati bahwa perlu memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntungâ€, sedangkan butir kedua berbunyi “menjelang tahun 2015, menjamin semua anak, khususnya anak perempuan, anak-anak dalam keadaan sulit dan anak yang termasuk minoritas etnik, mempunyai akses, bebas, dan wajib menyelesaikan pendidikan dasar dengan kualitas yang baik Napitupulu, 2000165. World Fit for Children dicanangkan dalam pertemuan pendidikan dunia di New York tahun 2002, yang telah menyepakati untuk menciptakan dunia yang aman dan kehidupan yang sehat bagi anak; World Fit for Children telah mencanangkan kehidupan yang sehat, pendidikan yang berkualitas, perlindungan terhadap aniaya, eksploitasi, dan kekerasan, serta memerangi HIV AIDS. Dari kesepakatan negara tentang kehidupan yang sehat pendidikan yang berkualitas seharusnya pemerintah lebih sering mengadakan penyuluhan tentang pentingnya hidup sehat, memperhatikan tentang kualitas dari pendidikan, memberlakukan serta mempertegas UU tentang eksploitasi dan kekerasan terhadap anak. Banyak anak yang hidup dalam dunia kekerasan karena lingkungan yang membentuknya. Kurangnya kesadaran orang tua dalam memerangi HIV/AIDS ataupun pengeksploitasian terhadap anak dan juga kekerasan dalam rumah tangga, tanpa kita sadari telah membentuk jiwa dan pribadi anak-anak kita menjadi jiwa yang keras dan dingin. Di sinilah diperlukan adanya penyuluhan54BAB 3 Tujuan, Fungsi Serta Komitmen dan Kebijakan Paud di Indonesiabagi para orang tua untuk dapat lebih memperhatikan perkembangan anaknya dengan tidak terlalu menuntutmereka untuk mengerti tentang kehidupan yang kita jalani dan meminta mereka maklum akan memberikan pendidikan kepada anak-anak tersebut, berarti kita telah membantu mengurangi bebanpemerintah di masa yang akan datang di mana anak-anak yang mengalami kehidupan yang keras dapatmempunyai kehidupan yang lebih baik di masa datang KBPPI, 2011-32. Selain itu, ada pertemuan besar lainnya, yaitu pertemuan di Kairo-Mesir tahun 2003, yang agenda utamamasalah perawatan dan pengembangan anak usia dini Early Childhood Care and Development. Pertemuannegara ASEAN di Jakarta tahun 2004 berupa seminar dengan tema â€The 3rd Regional Seminar for ASEANProject on Early Childhood Care and Development ECCD yang membahas tentang advokasi dan mobilisasisosial tentang ECCD dalam konteks Kebijakan Nasional Berbagai kebijakan yang terkait dengan keberadaan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia telahditetapkan dalam dokumen resmi negara, seperti yang diuraikan berikut ini. Pembukaan UUD RI 1945, terdapat kutipan yang berbunyi “… kemudian daripada itu, untuk membentuksuatu persatuan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutmelaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,...â€.Pendidikan anak usia dini memiliki pandangan bahwa sesungguhnya dengan mencerdaskan anak secara tidaklangsung akan membantu meningkatkan kualitas SDM negara yang pada akhirnya akan menyebabkan negarauntuk lebih maju. Mencerdaskan kehidupan bangsa berarti, meningkatkan daripada masyarakat negara itusendiri untuk menuju pembangunan yang berkualitas. Dan memang semua itu harus dimulai dari anak usia diniyang nantinya akan menjadi penerus bangsa. Hal ini dapat terlihat, bahwa sejak awal kemerdekaan Indonesia,pemerintah sudah benar-benar memikirkan bagaimana caranya untuk dapat mencerdaskan kehidupan bangsasehingga tidak dapat dipecah belah dengan mudah oleh bangsa lain. Bangsa yang besar dan kuat dibangun olehsumber daya manusia yang handal dan berbudi luhur. Hal ini dapat diupayakan melalui jalur pendidikan yangbaik sejak dini. Amandemen UUD 1945, tertulis pada pasal 28 C Ayat 2 bahwa setiap anak berhak mengembangkandiri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dariilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejah-teraan umat manusia. Membuka peluang anak-anak kurang mampu untuk dapat memperoleh pendidikan yanglayak seperti anak-anak lain karena pendidikan yang layak adalah hak azasi setiap manusia. Tidak ada batasan bagi seorang anak untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya selamakebutuhan-kebutuhannya terpenuhi terutama kebutuhan akan makanan dan gizi yang baik. Apabila kebutuhanutamanya terpenuhi, maka kebutuhan pendidikannya pun dapat terpenuhi oleh anak sehingga akhirnya anakdapat memperoleh manfaat dari pendidikan itu seperti mendapat pekerjaan yang baik sesuai dengan minatdan kemampuannya sehingga akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Bila seseorang tidakmendapatkan kesempatan, maka dia akan terus berada dalam keterpurukan. Setiap anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya. Berhak mendapatkanpendidikan dan meperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkankualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Pemenuhan kebutuhan dasar dan pendidikan serta 55Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini manfaatnya haruslah memadai. Berbekal hal tersebut seorang anak kelak dapat membangun dirinya menjadi manusia berguna baik untuk diri sendiri maupun masyarakat. Undang-undang Perlindungan Anak, RI Nomor 23 Tahun 2002 tertulis bahwa Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi pasal 4; Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya pasal 9 ayat 1 dan Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, khususnya bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga mendapatkan pendidikan khusus pasal 9 ayat 2. Departemen Sosial RI, 20025 Setiap anak tentu telah dibekali potensi yang luar biasa sejak kecil. Potensi itu harus dikembangkan dan digali dengan cara pemberian stimulasi yang sesuai. Oleh sebab itu, setiap anak berhak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya sesuai dengan minatnya tanpa adanya unsur- unsur paksaan di luar dirinya. Selanjutnya dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tertulis bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut Depdiknas,USPN, 20044. Pendidikan yang dimulai sejak dini akan berbeda karena dengan pendidikan atau pembiasaan akan lebih merangsang otak anak untuk menerima pendidikan-pendidikan selanjutnya. Setiap anak membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal atau diakui masyarakat. Hendaknya pendidikan juga memperhatikan lingkungan disekitarnya sehingga tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada didalam masyarakat. Setiap anak membutuhkan rangsangan pendidikan untuk mengoptimalkan potensinya. Melalui pendidikan anak juga diperkenalkan dengan lingkungannya agar dia dapat menyesuaikan diri di lingkungannya. Sampai pada akhirnya, komitmen yang tinggi dari pemerintah Indonesia terhadap pengembangan anak usia dini dibuktikan dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 051/0/2001 tentang didirikannya Direktorat PADU Pendidikan Anak Dini Usia di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat PADU didirikan sebagai upaya pemerintah untuk memajukan dan meratakan pendidikan anak usia dini di Indonesia lebih terkonsentrasi. Upaya tersebut mulai terasa sekarang, di mana semua orang mulai mengetahui tentang pentingnya pendidikan anak dimulai sejak usia dini. Selanjutnya Direktorat ini berubah nama menjadi Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat PAUD.56BAB 3 Tujuan, Fungsi Serta Komitmen dan Kebijakan Paud di Indonesia Arah Kebijakan PAUD di Indonesia Misi Terwujudnya anak usia dini yang cerdas, sehat, ceria, dan berakhlak mulia serta memiliki kesiapan baik fisik maupun mental dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Visi 1 mengupayakan pemerataan layanan, peningkatan mutu, dan efisiensi penyelenggaraan pen- didikan dini; 2 mengupayakan peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam memberikan layanan pendidikan dini; 3 mempersiapkan anak sedini mungkin agar kelak me- miliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Berbagai bentuk kebijakan dan kesepakatan baik secara nasional maupun internasional di atas, telahmendorong pemerintah Indonesia untuk menyusun berbagai program yang terkait dengan pengasuhan,pendidikan dan pengembangan anak usia dini. Sebagai wujud nyata komitmen pemerintah adalah ditetapkannyabeberapa kebijakan dasar yang termuat dalam dokumen Program Nasional Bagi Anak Indonesia PNBAIsampai 2015, yang isinya adalah 1 Mewujudkan anak yang sehat, tumbuh dan berkembang secara optimalmelalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan kerja sama lintas sektoral, perbaikan lingkungan, peningkatankualitas serta jangkauan upaya kesehatan, peningkatan sumber daya, pembiayaan dan manajemen kesehatan,serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; 2 Mewujudkan anak yang cerdas, ceria dan berakhlakmulia melalui upaya perluasan aksesibilitas, peningkatan kualitas, dan efisiensi pendidikan serta partisipasimasyarakat; 3 Mewujudkan perlindungan dan partisipasi aktif anak melalui perbaikan mutu pranata sosialdan hukum, pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan terutama bagi anak yang berada dalam keadaandarurat dalam jaringan kerja nasional dan internasional Depdiknas, Dit PAUD, 200516.LatihanUntuk lebih memantapkan pemahaman tentang isi bab ini, maka lakukanlah diskusi terpimpin dengan tahapansebagai berikutï‚ï€ Bagi kelas menjadi 2 kelompok besar dan dosen sebagai Lakukan analisis terhadap komitmen dan kebijakan PAUD di Indonesia. ïƒ¼ï€ Kelompok 1 Menganalisis komitmen internasional ïƒ¼ï€ Kelompok 2 Menganalisis kebijakan Nasionalï‚ï€ Mahasiswa dan dosen membuat kesimpulan dari diskusi tersebut. 57Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Ringkasan ï¶ TujuandariprogramPAUDadalahmembantumeletakkandasarkearahperkembangansikappengetahuan, keterampilan dan kreativitas/daya cipta yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan pada tahapan berikutnya. ï¶ Tujuan utamanya yaitu untuk membantu anak Indonesia dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Tujuan penyertanya adalah untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar akademik di sekolah. ï¶ Salah satu tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk membangun rasa percaya diri yang sangat penting dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan atau prestasi sekolah pada masa yang akan datang. ï¶ Fungsi pendidikan anak usia dini secara umum terkait dengan fungsi pendidikan secara nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. ï¶ Fungsi pendidikan anak usia dini berkaitan dengan aspek perkembangan adalah memberikan stimulasi kultural kepada anak karena pendidikan pada anak usia dini sebenarnya merupakan ekspresi dari stimulasi cultural. ï¶ Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini, maka fungsi program stimulasi berkaitan dengan fungsi adaptasi, sosialisasi, pengembangan potensi, bermain dan ekonomik. ï¶ Komitmen PAUD secara internasional dapat dipelajari melalui sejumlah dokumen, diantaranya komitmen educational for all, deklarasi Dakkar, World Fit for Children, convention on the right of the child dan the Salamanca statement. ï¶ Kebijakan PAUD secara nasional dapat dipelajari dalam dokumen Pembukaan UUD RI 1945 dan amandemen perubahannya, undang-undang perlindungan anak, undang-undang sistem pendidikan nasional, keputusan menteri Pendidikan Teori Perkembangan Anak Usia DiniKonsep Dasar Pendidikan Anak Usia DiniPenyelenggaraan pengasuhan, pendidikan dan pengembangan anak usia dini di Indonesia diarahkan pada pencapaian makhluk individu yang memiliki keunggulan sesuai dengan potensinya masing- masing serta mampu bekerja sama dan bersaing secara sportif di era globalisasi. Pendidikan anak usia dini yang bermutu hendaknya berbasis pada teori, pendekatan, prinsip dan asas sebagaimana seharusnya anak dilayani. Pengetahuan tentang hal tersebut diperlukan oleh pendidik ‘guru’ yang profesional, agar mereka dapat mengoptimalkan semua potensi yang terdapat dalam diri anak. Diharapkan setelah mempelajari bab ini, pembaca dan mahasiswa dapat 1. Menjelaskan hakikat perkembangan anak usia dini 2. Menjelaskan teori pertumbuhan dan perkembangan 3. Menjelaskan aspek perkembangan anak usia dini 4. Mengidentifikasi pola perkembangan anak usia dini 5. Menjelaskan basis pendidikan anak usia dini 6. Mengidentifikasi berbagai pendekatan dalam pendidikan anak usia dini 7. Mengidentifikasi berbagai prinsip pembelajaran anak usia dini 8. Mengkaji berbagai asas pembelajaran anak usia dini Berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran/indikator di atas, maka selanjutnya akan dipaparkan topik bahasan tersebut di atas. A. Hakikat Perkembangan Anak Usia Dini Mengutip tulisan Jamaris 200619, perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif, artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Oleh Sebab itu, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya cenderung akan mendapat hambatan. Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori dalam Hainstock 199910-11 mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif sensitive periods, selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya. Selanjutnya Montessori menyatakan bahwa usia keemasan merupakan masa di mana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespons dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari Hainstok, 199934. Berdasarkan teori perkembangan anak, diyakini bahwa setiap anak lahir dengan lebih dari satu bakat. Bakat tersebut bersifat potensial dan ibaratnya belum muncul di atas permukaan air. Untuk itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya dengan cara memperkaya lingkungan bermainnya. Itu berarti orang dewasa perlu memberi peluang kepada anak untuk menyatakan diri, berekspresi, berkreasi dan menggali sumber-sumber terunggul yang tersembunyi dalam diri anak. Untuk itu, paradigma baru pendidikan bagi anak usia dini haruslah berorientasi pada pendekatan berpusat pada anak student centered dan perlahan- lahan menyeimbangkan dominasi pendekatan lama yang lebih berpusat pada guru teacher centered.60BAB 4 Teori Perkembangan Anak Usia Dini Pada hakikatnya anak adalah makhluk individu yang membangun sendiri pengetahuannya. Ituartinya guru dan pendidik anak usia dini lainnya tidaklah dapat menuangkan air begitu saja ke dalamgelas yang seolah-olah kosong melompong. Anak lahir dengan membawa sejumlah potensi yang siapuntuk ditumbuhkembangkan asalkan lingkungan menyiapkan situasi dan kondisi yang dapat merangsangkemunculan dari potensi yang tersembunyi tersebut. Berdasarkan tinjauan aspek pedagogis, masa usia dini merupakan masa peletak dasar atau pondasiawal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Diyakini oleh sebagian besar pakar, bahwa masakanak-kanak yang bahagia merupakan dasar bagi keberhasilan dimasa datang dan sebaliknya. Untuk itu, agarpertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal, maka dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusifpada saat memberikan stimulasi dan upaya pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Secara teoritis berdasarkan aspek perkembangannya, seorang anak dapat belajar dengan sebaik-baiknyaapabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan mereka merasa aman dan nyaman secara psikologis. Selain itu, hallain yang perlu diperhatikan adalah bahwa anak membangun pengetahuannya sendiri, anak belajar melaluiinteraksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya, anak belajar melalui bermain, minat anak danrasa keingintahuannya memotivasinya untuk belajar sambil bermain serta terdapat variasi individual dalamperkembangan dan Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Perkembangan dan pertumbuhan anak dapat diuraikan dalam beberapa butir pemikiran yang dilihat dariberbagai sudut pandang/aliran yang berbeda. Sudut pandang/ aliran secara teoritis ini meliputi behaviorisme,maturationisme, interaksionisme, dan teori yang berkenaan analisis Teori Behaviorisme Merujuk pada Brewer 200733-34 Watson, Thorndike, dan Skinner adalah tokoh behaviorisme yangterkenal. Setiap ahli yang menganut teori ini percaya bahwa perilaku dapat dibentuk dengan memberikanjawaban dalam bentuk kata-kata ataupun tindakan tertentu. Skinner, termasuk ke dalam aliran behaviorismemodern yang menulis secara ekstensif tentang anak yang dikendalikan dengan suatu sistem dari penghargaandan hukuman. Skinner dalam Nixon dan Gould 199913 identik dengan teori stimulus-respons dan operantconditioning. Unsur-unsur dasar dari teori stimulus-respons meliputi bala bantuan, hukuman, operantconditioning, dan mengurangi perilaku yang tidak baik. Operant conditioning berbeda dengan classical conditioning dalam arti bahwa perilaku sudah mendahuluipenguatan tersebut. Sebagai contoh, seekor merpati sedang belajar untuk mendorong sebuah pengungkit untukmendapatkan sebutir atau satu buah pil makanan. Memperkenalkan suatu tanggapan hingga batas tertentu,penghargaan dapat menyediakan suatu penguatan yang positif dari perilaku itu. Jika lantai dari sangkar merpatidialiri listrik dan apabila dengan mendorong pengungkit listrik itu dapat dihentikan, maka merpati akan belajaruntuk menekan pengungkit tersebut untuk menghindari stimulus yang tidak enak; hal ini adalah penguatanyang negatif. Penguatan yang negatif juga dapat digunakan. Seekor merpati boleh jadi dihukum olehsuatu goncangan yang elektris karena tidak berhasil untuk mendorong suatu pengungkit. 61Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Di dalam kelas, penguatan sering digunakan untuk membentuk perilaku positif dengan tujuan agar anak dapat menyelesaikan tugas-tugas akademiknya dengan baik. Penguatan di kelas dapat bersifat positif atau negatif. Penguatan positif adalah sesuatu yang dipandang oleh anak sebagai hal yang diinginkan. Jika seorang anak melengkapi suatu tugas atau memperlihatkan suatu perilaku yang diinginkan, guru dapat secara positif menguatkan perilaku itu dengan pujian secara lisan, sistem token sejenis stiker, atau beberapa cara yang lainnya. Penguatan yang negatif dapat digunakan untuk menghindari atau melepaskan anak dari suatu situasi atau konsekuensi yang yang tidak diinginkan jika suatu perilaku tertentu diperlihatkan. Sebagai contoh, guru mungkin memberi seorang anak pilihan untuk meninggalkan kursi “time out†dengan lebih cepat jika dia tidak berbicara sama sekali untuk beberapa menit. Akhirnya, hukuman yang bersifat fisik di dalam kelas tidak diperlukan sama sekali, tetapi dapat digunakan untuk “beristirahatâ€, keluar dari kelompok, penarikan diri dari suatu perlakuan khusus, dan seterusnya. Dalam suatu kelas, operant conditioning boleh jadi digunakan untuk sebagai suatu bentuk pencapaian anak-anak terhadap suatu tugas yang bersifat akademis. Sebagai contoh, di kelas dua sekolah dasar diberikan suatu tugas di mana mereka harus mengerjakan tugas. Anak yang sudah menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat akan mendapatkan token dengan nilai tertentu, yang dapat ditebus untuk hal-hal tertentu yang ada di dalam atau di luar kelas seperti mainan, buku-buku. Sedangkan bagi anak-anak yang tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan cepat dan tepat, guru boleh menggunakan salah satu dari beberapa pendekatan yang ada untuk mengatasi masalah ini. Jika guru mengetahui bahwa ada tiga orang anak yang belum pernah menyelesaikan tugas yang diberikan, maka guru boleh memilih untuk memberi penghargaan atas usaha mereka yang sudah menyelesaikan soal yang diberikan lebih baik dari hari-hari yang sebelumnya. Guru boleh memilih untuk memberikan penguatan yang positif maupun yang negatif kepada mereka. Jika ia percaya bahwa ada beberapa anak-anak yang dengan bebas tidak berusaha mencoba untuk menyelesaikan beberapa tugas beberapa alasan lain, ia mungkin akan menghukum mereka dengan mengurangi waktu istirahat mereka. Operant conditioning dapat digunakan untuk membentuk suatu perilaku bentuk dengan cara menyedia- kan bantuan ketika perilaku anak semakin menjauh dari tujuannya. Membentuk perilaku melibatkan beberapa komponen berikut Skinner dalam Essa, 2003138 ï‚ï€ Mengarahkan perilaku yang diinginkan tersebut. ï‚ï€ Perbaikan terhadap suatu dasar dari tingkah laku. ï‚ï€ Memilih penguatan. ï‚ï€ Melakukan penelitian dengan memberikan isyarat kepada seseorang mengenai tugas dan peruntunan segmen. ï‚ï€ Menerapkan sistem penguatan secara sistematis. Pada contoh kelas di atas, dengan memberikan penghargaan pada seorang anak yang sudah menye- lesaikan tugas yang diberikan dengan hasil yang lebih baik daripada yang sebelumnya maka guru akan mendapat hasil yang semakin dekat pada perilaku yang seharusnya di mana anak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Para guru sering menggunakan cara seperti itu untuk membantu anak-anak dalam menguasai perilaku mereka di dalam kelas. Jika seorang anak sedang memukul anak-anak yang lain, sebagai contoh, pertama-tama guru akan mengumpulkan data mulai dari belakang dengan cara melakukan pengama- tan untuk menentukan berapa sering anak memukul, kemudian memberikan penguatan yang bersifat negatif agar perilaku memukul semakin 4 Teori Perkembangan Anak Usia Dini Perilaku negatif dapat dikurangi dengan sikap orang dewasa yang tidak mendukung atau mengacuhkanperilaku anak yang tidak baik. Jika seorang anak sedang bertindak dalam cara-cara yang guru anggap tidaksesuai, maka guru dapat mengabaikan perilaku tersebut sehingga akan semakin sedikit perilaku yang tidakdiinginkan dibandingkan dengan perilaku yang diinginkan. Tujuan akhir dari penggunaan teknik behavioristik ini adalah untuk semakin meningkatkan perilaku yangdiinginkan untuk memberikan penghargaan kepada anak, sedemikian sehingga guru atau orang tua tidakperlu melanjutkan untuk terus memberikan penghargaan yang disebabkan oleh adanya keadaan dari para guru, bahkan mereka yang mempercayai teori ini dengan baik tentang perkembangan, dapatmenggunakan beberapa strategi yang bersifat behavioristik pada saat mereka mengabaikan beberapa perilakudan pujian. Kebanyakan para guru pasti mempunyai pengalaman dengan anak-anak yang lebih menyukaiperhatian yang negatif, misalnya, tidak adanya perhatian; strategi yang umum digunakan dalam hubungandengan anak-anak seperti itu adalah untuk usaha yang keras untuk mengabaikan kelakuan buruk mereka danuntuk memberi penghargaan bagi perilaku mereka. Teori behavioris lebih terkait dengan bagaimana anak-anak berkembang secara sosial, emosional, danintelektual, tetapi tidak menjelaskan tentang perkembangan fisik karena banyak orang yang menyetujui bahwaperkembangan fisik berkaitan dengan genetika keturunan yang ditentukan berdasarkan gen dari kedua orangtuanya, sehingga dengan demikian tidak memengaruhi perilaku Teori Maturationis Teori maturationis kematangan pertama kali dikemukakan oleh Rousseau dan Gesell dalam Crain,199216-17 di mana mereka percaya bahwa anak-anak harus diberi kesempatan untuk “berkembangâ€. Seoranganak diumpamakan seperti benih yang ditabur yang berisi semua unsur-unsur untuk menghasilkan buah apelyang sangat bagus jika diberi gizi dari lahan, air, sinar matahari, dan suatu iklim yang ideal dalam jumlah yangsesuai. Menurut teori maturationis pengalaman memainkan peranan yang sangat penting dalam ini dipandang lebih baik apabila dibandingkan dengan teori behaviorisme. Teori maturationis meyakinibahwa perkembangan fisik, sosial, emosional, dan intelektual mengikuti tahapan perkembangan dari setiapanak yang pada dasarnya berbeda-beda. Mereka percaya bahwa setiap anak akan mengembangkan potensimereka apabila mereka ditempatkan di dalam suatu lingkungan yang optimal dan perkembangan mereka akanmenjadi lambat atau bahkan tertinggal apabila lingkungan tidak sesuai Crain, 199218. Teori maturationis percaya bahwa suatu tingkatan perkembangan anak adalah penentu yang paling utamadalam hal kesuksesan sosial dan intelektual, terutama di dalam lingkungan sekolah. Mereka menyatakan bahwaanak-anak akan mempunyai kesukaran di sekolah apabila mereka“salah ditempatkanâ€, di mana anak ditempatkandi dalam kelas yang memiliki tingkatan yang berbeda tidak sesuai dengan tingkatan perkembangan darimasing-masing anak yang berbeda-beda. Teori maturationis menekankan tahapan perkembangan dari masing-masing anak lebih penting daripada penghargaan, hukuman, pengalaman, atau interaksi dengan lingkungantersebut. Pengalaman, dipandang dari teori maturationis selalu disaring oleh suatu tingkatan kematangan anakBrewer, 200735. 63Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini 3. Teori Interaksi Merujuk pada Brewer 200735-37 teori interaksi atau perkembangan ditemukan oleh Piaget. Para tokoh interaksi modern, seperti Bruner dan Forman sedang berkelanjutan untuk melakukan penyaringan teori dari Piaget dan untuk memperjelas konsep tentang perkembangan anak-anak. Piaget dalam Essa 2011134 percaya bahwa anak-anak itu membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan. Anak-anak bukanlah suatu objek penerima pengetahuan yang pasif; melainkan, mereka dengan aktif melakukan pengaturan pengalaman mereka ke dalam struktur mental yang kompleks. Selanjutnya Piaget menguraikan tentang pemikiran anak-anak yang meliputi konsep asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Asimilasi terjadi ketika anak sedang melakukan proses pencocokan informasi ke dalam kategori atau bagan yang ada. Jika seorang anak diberikan pengetahuan tentang “anjing†dan diperlihatkan suatu contoh tentang anjing, seperti misalnya anjing dari jenis bulldog. Contoh yang baru dapat berasimilasi, atau dimasukkan, di bagan yang sudah ada. Jika kemudian diberikan pengetahuan tentang seekor kucing, maka anak akan menciptakan suatu bagan yang baru, bahwa seekor hewan berbulu lembut dan dapat ditimang itu bukanlah anjing. Menciptakan suatu kategori yang baru adalah proses dari akomodasi anak di mana secepat- nya menciptakan suatu struktur mental yang yang berkaitan dengan semua hewan yang ada Essa, 2011134- 136; Salkind, 2009317-319. Keseimbangan adalah merupakan bagian akhir dari sisa yang mencapai semua informasi atau pengala- man, yang kapan saja dapat dicocokkan ke dalam suatu bagan atau suatu bagan yang baru diciptakan untuk hal tersebut. Keseimbangan ini berumur sangat pendek, sebagai suatu informasi dan pengalaman yang baru yang secara konstan ditemui oleh anak. Ketidakseimbangan menguraikan tentang keadaan mental dari masyarakat di mana ada suatu ketidakseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Ketidakseimbangan dimotivasi oleh suatu keadaan yang terkendali di mana berusaha untuk mencapai keseimbangan. Keseimbangan adalah proses dari pergerakan dari keadaan ketidakseimbangan kepada keadaan seimbang. Keseimbangan akan memberikan kesempatan bagi para anak untuk menggunakan asimilasi dan akomodasi sebagai alat untuk menuju keberhasilan dalam hal keseimbangan. Pada contoh anjing, jika anak dihadiahi suatu basenji, seekor anjing yang jarang menyalak, ketidakseimbangan akan menghasilkan suatu keadaan ketika anak dihadapkan dengan seekor anjing yang tidak memperlihatkan salah satu dari perilaku anjing yang umum. Beberapa riset, sebagai contoh keseimbangan itu adalah proses dari seseorang yang berperan untuk mengembangkan teori, tetapi juga mempertanyakan gagasan di mana satu proses dapat meliputi semua perkembangan teori Essa, 2011134-136; Salkind, 2009317-319. Para pendukung teori Piagetian menggolongkan pengetahuan sebagai berikut yaitu pengetahuan fisik, sosial, logika-matematika, dan self knowledge Forman dan Kuschner 199334-43 mengemukakan sebuah dalil tentang keempat pengetahuan yang ada yaitu mengetahui apa yang diketahui oleh seseorang. Istilah yang digunakan dalam literatur untuk menguraikan kategori ini adalah meta-knowledge. Jika seorang anak memahami tentang sistem nomor, jumlah, maka ia juga mengetahui tentang sistem lain yang merupakan jenis pengetahuan yang tidak bersifat sosial, fisik, ataupun logika-matematika. Dua penggunaan atau maksud dari kata belajar dibedakan oleh para pengikut Piaget. Pemakaian pertama dapat disebut sebagai makna di dalam pengertian yang luas, di mana hal tersebut bersinonim dengan kata perkembangan. Hal tersebut adalah sesuai apabila kita sedang memperbincangkan tentang perkembangan dari fisik pengetahuan, logika-matematika, dan pengetahuan sosial. Pemakaian kedua tentang belajar adalah mengenai hal-hal yang lebih dangkal. Hal ini mengacu pada pengadaan informasi yang spesifik dari lingkungan,64BAB 4 Teori Perkembangan Anak Usia Diniyang berasimilasi ke dalam suatu bagan yang ada. Kebanyakan isi dari makna ini adalah merupakan tipe yangkedua. Kedua-duanya merupakan format belajar yang menyiratkan pengertian Forman & Kuschner, 198934-43. Memori yang dihafal tanpa berpikir/penghafalan, tidaklah dipertimbangkan sebab dalam hal tersebut tidakmelibatkan asimilasi dan pengertian. Beberapa teori, seperti behavioristik, mempertimbangkan memori yangdihafal tanpa berpikir sebagai salah satu format belajar di mana tidak membedakan antara dua macam belajaryang digambarkan di sini. Bagi para pengikut Piaget, belajar selalu melibatkan konstruksi dan terus berusaha untuk menjelaskan bahwa meskipun memori yang dihafalkan tanpa berpikir tidakdapat dipertimbangkan oleh para pengikut Piaget untuk menjadi macam belajar, hal tersebut adalah sangatberharga. Memori yang dihafalkan tanpa perlu berpikir pasti sangat bermanfaat dalam hal menghafalkannomor telepon atau alamat seseorang, tetapi pengertian bukanlah merupakan bagian dari proses anak yang memahami nilai tempat adalah berbeda dari orang lain yang telah menghafalkan algoritmauntuk memecahkan permasalahan penambahan yang memerlukan penyusunan kembali Forman & Kuschner,198934-43.4. Teori Psikoanalisis Merujuk pada Brewer 200737 Sigmund Freud, bapak dari psychodynamic atau psychoanalytical, yangmenggambarkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak. Selanjutnya dijelaskan oleh Crain 1992224Di dalam terminologi dikatakan bahwa anak-anak bergerak melalui langkah-langkah yang berbeda dengantujuan untuk mencari kepuasan yang berasal dari sumber berbeda, di mana mereka juga harus berusaha untukmenyeimbangkan keadaan tersebut dengan harapan orang tua. Konflik yang timbul antara kebutuhan akankepuasan dan penindasan dapat berguna untuk memuaskan dan juga menciptakan ketertarikan. Mekanismepertahanan diri diciptakan untuk tujuan agar dapat berhubungan dengan ketertarikan. Kebanyakan orangbelajar untuk mengendalikan perasaan mereka dan juga berusaha agar dapat diterima di dalam lingkungansosial serta untuk mengintegrasikan diri mereka. Freud dalam Allen dan Marotz 20105 memandang manusiasebagai makhluk biologi yang kompleks, baik dalam hal sosial, emosional, dan juga sebagai suatu organismeyang dapat Teori Pengaruh Influences Theoretical Merujuk pada Brewer 200737-38 dikemukakan bahwa berbagai teori yang berbeda mengemukakansudut pandang mereka masing-masing dalam hal menginterpretasikan pengamatan yang sudah merekalakukan terhadap anak-anak ketika mereka tumbuh dan berkembang. Bergantung pada orientasi seseorangsecara teoritis, maka orang lain juga akan memperhatikan contoh dari perkembangan anak-anak dengan carayang berbeda pula. Jika seorang anak yang sedang diamati melemparkan sebuah bola pada suatu target, makateori behaviorisme memandang hal di mana mencoba untuk memberikan bantuan pada anak yang dapatmembuat anak mengira-ngira tentang jarak yang harus diperhitungkan, apabila jarak semakin dekat makaanak dapat memutuskan untuk menggunakan teknik lemparan apa yang paling efektif. Teori maturationisteori kematangan mungkin mengamati anak yang sama dari sisi kematangan fisiknya yang ditandai olehkemampuannya untuk dapat menyerap dan melepaskan bola dengan wajar. Teori interaksi akan memandangdari sisi usaha yang dilakukan anak secara berulang-ulang untuk memukul target sebagai bukti bahwa anak 65Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini dengan aktif akan mencari-cari informasi tentang percepatan dan sudut dari mulai melepaskan pukulan dengan tujuan untuk memukul target walaupun anak tidak akan diharapkan untuk mampu menyatakan konsep ini secara lisan. Para ahli psikoanalisis akan memandang anak dari sisi pemusatan konsentrasi yang dilakukan oleh anak dengan tujuan untuk melemparkan bola dan juga ketertarikan mereka dalam usaha yang mereka lakukan untuk mencoba melempar bola tersebut. Seorang anak akan berkembang secara menyeluruh. Perkembangan di satu area pasti memengaruhi perkembangan di dalam area yang lain. Sebagai contoh, ketika seorang anak menjadi gesit ia membuka lebih banyak lagi yang hal-hal yang lain dari berbagai kemungkinan untuk melakukan eksplorasi dan belajar tentang lingkungan. Anak-anak yang merasakan bahwa mereka sedang belajar dengan sukses atau anak-anak yang merasa yakin tentang kemampuan fisik mereka memiliki kepercayaan diri yang baik. Anak-anak yang belajar untuk mampu mengendalikan perilaku mereka yang impulsif dapat berinteraksi dengan orang lain atau alat-alat permainan dalam waktu yang lebih lama, di mana hal ini juga berpengaruh terhadap perkembangan intelektual mereka. Perkembangan sosial, fisik, emosional, dan perkembangan intelektual anak biasanya selalu berkaitan. 6. Teori Konstruktivisme Semiawan 20023-4 berpendapat bahwa pendekatan konstruktivisme bertolak dari suatu keyakinan bahwa belajar adalah membangun to construct pengetahuan itu sendiri, setelah dicernakan dan kemudian dipahami dalam diri individu, dan merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang. Dalam perbuatan belajar seperti itu bukan apanya atau isi pembelajarannya yang penting, melainkan bagaimana mempergunakan peralatan mental untuk menguasai apa yang dipelajari Semiawan, 20023-4. Pengetahuan itu diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang melalui pengamatan, pengalaman dan pemahamannya. Merujuk pada Woolfolk 200741-43 Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu merupakan sesuatu yang dibangun secara personal, sedangkan Vygotsky memandang bahwa kognisi itu merupakan suatu fenomena sosial atau sesuatu yang dibangun secara sosial. Pengalaman sosial membentuk cara berpikir dan cara menginterpretasikan lingkungan. Jadi, berpikir tidak hanya dibatasi oleh otak individu semata, tetapi juga dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran orang lain. Implikasi dari teori pengetahuan yang dikemukakan oleh Piaget dalam Foreman dan Kuschner 199350-51 menjelaskan bahwa otak manusia tahu bagaimana cara mengenali benda melalui input dari indera seperti mata, telinga, kulit, hidung dan mulut yang secara langsung akan menunjukan reaksi tertentu terhadap lingkungan sekitar. Sebagai bukti, seorang anak tidak akan pernah tahu bahwa rasa gula manis tanpa mencicipinya terlebih dahulu dengan menggunakan lidah sebagai alat sensor rasa. Piaget dalam Essa 2011134-136, menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi ketika anak sudah membangun pengetahuan melalui eksplorasi aktif dan penyelidikan pada lingkungan fisik dan sosial di lingkungan sekitar. Sehubungan dengan hal tersebut terdapat dua teori yang dikemukakan oleh Piaget, yaitu asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi terjadi ketika seorang anak menerima konsep, keterampilan dan informasi yang diperolah dari pengalaman mereka dengan lingkungan dalam rangka mengembangkan pola atau skema pemahaman; sedangkan proses akomodasi terjadi ketika skema mental harus diubah untuk meyesuaikan dengan konsep, keterampilan dan informasi baru. Lev Vygotsky dikenal sebagai a socialcultural constructivist berpendapat bahwa pengetahuan tidak dipero- leh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak Brodova dan Leong, 199623. Vygotsky yakin bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat66BAB 4 Teori Perkembangan Anak Usia Dinidipaksa dari luar karena anak adalah pembelajar aktif dan memiliki struktur psikologis yang mengendalikanperilaku belajarnya Brodova dan Leong, 199626. Selanjutnya melalui teori revolusi sosio kulturalnya, Vygotsky mengemukakan bahwa manusia memilikialat berpikir tool of mind yang dapat dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah, memudahkandalam melakukan tindakan, memperluas kemampuan, melakukan sesuatu sesuai kapasitas alami Brodovadan Leong, 199626. Prinsip dasar dari teori Vygotsky adalah bahwa anak melakukan proses ko-konstruksimembangun berbagai pengetahuannya tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial di mana anak tersebutberada. Pengetahuan juga berasal dari lingkungan budaya. Pengetahuan yang berasal dari budaya biasanyadidapatkan secara turun-menurun melalui orang-orang yang berada di sekitar. Pengetahuan dibangun olehanak berdasarkan kemampuannya dalam memahami perbedaan berdasarkan persamaan yang tampak. Berhubungan dengan proses pembentukan pengetahuan, Vygotsky mengemukakan konsep zone ofproximal development ZPD sebagai kapasitas potensial belajar anak yang dapat berwujud melalui bantuanorang dewasa atau orang yang lebih terampil. Vygotsky dalam Woolfolk 200744 mendefinisikan ZPD sebagaijarak/kesenjangan antara level perkembangan yang aktual yang ditunjukkan dengan pemecahan masalah secaramandiri dan level perkembangan potensial yang ditunjukkan oleh pemecahan masalah dengan bimbinganorang dewasa ataupun kerja sama dengan para teman sebaya yang lebih mampu the distance between theactual developmental level as determined by independent problem solving and the level of potential developmentas determined through problem solving under adult guidance or in collaboration with more capable peers. Stuyf mengatakan bahwa strategi pembelajaran pentahapan scaffolding memberikan bantuan secaraperseorangan berdasar ZPD pebelajar. Di dalam pembelajaran scaffolding banyak pengetahuan lain yangmemberikan scaffold atau bantuan untuk memfasilitasi perkembangan pebelajar. Scaffold memfasilitasi ke-mampuan anak untuk membangun pengetahuan sebelumnya dan menginternalisasi informasi baru. Aktivi-tas-aktivitas yang diberikan dalam pembelajaran scaffolding hanya melewati tingkatan yang pebelajar dapatlakukan sendiri. Semakin besar kemampuan lain yang diberikan scaffold supaya pebelajar dapat menyele-saikan dengan bantuan tugas yang biasanya tidak dapat diselesaikan anak, sehingga membantu pebelajarmelalui ZPD Stuyf, Scaffolding as a Teaching Strategy. Vygotsky dalam Stuyf mendefinisikan pembelajaran scaffolding sebagai tugas guru-guru dan yang lainnyadalam mendukung perkembangan pebelajar dengan menyediakan struktur bantuan untuk mencapai tahapanatau tingkatan berikutnya. Aspek penting dari pembelajaran scaffolding adalah bantuan bersifat kemampuan pebelajar bertambah, maka scaffolding yang diberikan makin lama makin anak dapat menyelesaikan tugas atau menuntaskan konsep dengan sendirinya, sehingga tujuandari pendidik ketika menggunakan strategi pembelajaran scaffolding adalah untuk menjadikan anak sebagaipebelajar yang mandiri dan mampu mengatur sendiri serta sebagai pemecah masalah. Setelah kompetensibelajar/pengetahuan anak bertambah, maka pendidik secara berangur-angsur mengurangi penyediaan bantuanStuyf, Scaffolding as a Teaching Strategy. Menurut Vygotsky, bantuan eksternal yang diberikan guru dapat dihilangkan apabila anak tampak telahberkembang secara konsisten. Bantuan dapat diberikan pada saat anak beraktivitas atau mengerjakan tugas,seperti 1 memotivasi atau mendapatkan minat anak yang berhubungan dengan tugas; 2 mempermudahtugas agar anak-anak mudah mengatur dan menyelesaikannya; 3 memberikan beberapa arahan dengantujuan membantu anak agar fokus dalam mencapai tujuannya; 3 secara jelas menunjukkan perbedaan antarapekerjaan anak-anak dengan standar atau penyelesaian yang diinginkan guru; 4 mengurangi frustrasi dan 67Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini risiko; serta 5 memberi contoh dengan jelas serta menetapkan harapan dari aktivitas yang ditampilkan Stuyf, Scaffolding as a Teaching Strategy. Terdapat 4 empat tahapan zona proximal development ZPD, yaitu pertama, tindakan anak masih dipengaruhi oleh orang lain; kedua, tindakan anak didasarkan atas inisiatif sendiri; ketiga, tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi; serta keempat, tindakan spontan yang diulang-ulang sehingga anak siap berpikir abstrak. Penerapan teori konstruktivisme dalam program kegiatan bermain pada anak usia dini haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut 1 anak hendaknya memperoleh kesempatan luas dalam kegiatan pembelajaran guna mengembangkan potensinya; 2 pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensial daripada perkembangan aktualnya; 3 program kegiatan bermain lebih diarahkan pada penggunaan strategi; 4 anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajari dengan pengetahuan prosedural untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah dan; 5 proses belajar dan pembelajaran tidak sekadar bersifat transferal tetapi lebih merupakan ko-konstruksi. Peran guru anak usia dini dalam hal ini adalah membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara terbaik dengan membangun minat, kebutuhan, dan kelebihan-kelebihan yang ada pada setiap anak. Sebagai kesimpulan dari pembahasan tentang teori konstrukstivisme adalah 1 aliran konstruktivisme meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak berusaha memahami dunia disekeliling mereka, anak membangun pemahaman mereka sendiri terhadap dunia sekitar dan pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan teman sebaya, orang dewasa dan lingkungan; dan 2 setiap anak membangun pengetahuan mereka sendiri berkat pengalaman-pengalaman dan interaksi aktif dengan lingkungan sekitar dan budaya di mana mereka berada melalui bermain. C. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Catron dan Allen 199923-26 menyebutkan bahwa terdapat 6 enam aspek perkembangan anak usia dini, yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi, kognisi dan keterampilan motorik sangat penting dan harus dipertimbangkan sebagai fungsi interaksi. Kreativitas tidak dipandang sebagai perkembangan tambahan, melainkan sebagai komponen yang integral dari lingkungan bermain yang kreatif. Selanjut Catron dan Allen 199923-26 memaparkan terdapat 6 enam aspek yang perlu dikembangkan, yaitu kesadaran personal, pengembang emosi, sosialisasi, komunikasi, kognisi dan perseptual motorik. Berikut adalah penjelasan singkat di aspek-aspek tersebut. Pertumbuhan anak pada enam aspek perkembangan di bawah ini membentuk fokus sentral dari pengembangan kurikulum bermain kreatif pada anak usia dini. Kesadaran Personal Permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran personal. Bermain mendukung anak untuk tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas lingkungannya. Melalui bermain anak dapat menemukan hal yang baru, bereksplorasi, meniru, dan mempraktikkan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam membangun keterampilan menolong dirinya sendiri, keterampilan ini membuat anak merasa 4 Teori Perkembangan Anak Usia DiniPengembangan EmosiMelalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi dan mengatasi masalah dengan cara yangpositif. bermain juga memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri dan untukmengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam SosialisasiBermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak ketika berbagi dengan anak lain. Bermain adalahsarana yang paling utama bagi pengembangan kemampuan bersosialisasi dan memperluas empati terhadaporang lain serta mengurangi sikap egosentrisme. Bermain dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasasosialisasi anak. Melalui bermain anak dapat belajar perilaku prososial seperti menunggu giliran, kerja sama,saling membantu, dan KomunikasiBermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan kemampuan berbahasa anak. Melalui komu-nikasi inilah anak dapat memperluas kosakata dan mengembangkan daya penerimaan serta pengekspresiankemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi ber-main spontan. Secara spesifik, bermain dapat memajukan perkembangan dari segi komunikasi berikut ini 1 bahasareseptif penerimaan,yaitu mengikuti petunjuk-petunjuk dan memahami konsep dasar, 2 bahasa ekspresif,yaitu kebutuhan mengekspresikan keinginan, perasaan; penggunaan kata-kata, frase-frase, kalimat; berbicarasecara jelas dan terang, 3 komunikasi nonverbal, yaitu penggunaan komunikasi kongruen, ekspresi muka,isyarat tubuh, isyarat tangan dan 4 memori pendengaran/ pembedaan, yaitu memahami bahasa berbicaradan membedakan KognitifBermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan lingkungan, untuk bermaindan bekerja dalam menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitiflainnya. Selama bermain, anak menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksidengan orang lain dan mulai merasakan dunia mereka. Bermain menyediakan kerangka kerja untuk anakuntuk mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan. Bermain adalahawalan dari semua fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan dalam Kemampuan MotorikKesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas sensori motoryang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembanganperseptual motorik. 69Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Bermain dapat memacu perkembangan perseptual motorik pada beberapa area, yaitu 1 koordinasi mata-tangan atau mata-kaki, seperti saat menggambar, menulis, manipulasi objek, mencari jejak secara visual, melempar, menangkap, menendang; 2 kemampuan motorik kasar, seperti gerak tubuh ketika berjalan, melompat, berbaris, meloncat, berlari, berjingkat, berguling-guling, merayap, dan merangkak; 3 kemampuan bukan motorik kasar statis seperti menekuk, meraih, bergiliran, memutar, meregangkan tubuh, jongkok, duduk, berdiri, bergoyang, 4 manajemen tubuh dan kontrol seperti menunjukkan kepekaan tubuh, kepekaan akan tempat; keseimbangan; kemampuan untuk memulai, berhenti, mengubah petunjuk. D. Pola Perkembangan Anak Bagian ini menjelaskan secara ringkas mengenai ikhtisar dari pola perkembangan fisik, sosial, emosional, dan intelektual dari setiap anak. 1. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik berlangsung secara teratur, tidak secara acak. Perkembangan bayi ditandai dengan adanya perubahan dari aktivitas yang tidak terkendali menjadi suatu aktivitas yang terkendali. Adalah merupakan hal yang mudah untuk mengamati aktivitas bayi yang tidak terkendali. Jika bayi sedang bersemangat, maka seluruh tubuhnya akan ikut bergerak, sedangkan kaki dan lengan juga akan ikut bergerak-gerak. Secara berangsur-angsur, bayi akan menjadi lebih mampu bergerak seperti dalam usahanya untuk mencapai sesuatu yang bebas atau merayap. Pergerakan yang dilakukan secara sengaja dan terkendali juga akan terorganisir ke dalam pola, seperti menarik dirinya persis sama benar dengan posisi berdiri, melepaskan tangannya, dan menggerakkan kaki untuk berjalan. Pola-pola ini kemudian berubah menjadi gerakan-gerakan anak dalam melakukan respons terhadap berbagai stimulasi yang berbeda. Jika anak menginginkan suatu mainan yang ada di seberang ruangan, pada awalnya satu-satunya pilihan untuk mendapatkan mainan tersebut adalah dengan berlari dan bergoyang-goyang. Seiring dengan perkembangan anak yang semakin maju, maka proses merayap dan akhirnya berjalan atau berlari akan menjadi suatu pola bagi perkembangan fisik 4 Teori Perkembangan Anak Usia Dini Kelahiran sampai Usia Tiga sampai Usia Lima sampai Usia Tujuh sampai Usia Tiga Tahun Empat Tahun Enam Tahun Delapan TahunPerkem- - Keterampilan ï¬sik - Peningkatan - Melompat dengan kaki - Keterampilan ï¬sikbangan Fisik berkembangan dengan keterampilan ï¬sik yang saling bergantian menjadi hal yang penting cepat - Mengendarai suatu - Mengendarai sepeda dalam perkembangan - Duduk dan sepeda roda tiga roda dua konsep diri merayap;merangkak - Mondar-mandir naik - Bermain skate - Adanya peningkatan - Mulai untuk berjalan turun tangga, dengan - Melakukan lemparan energi yang tinggi dan berlari kaki yang berganti- dengan wajar dan teliti - Tingkat pertumbuhan - Keterampilan motorik gantian - Menangkap bola semakin melambat yang berkembangan - Berlari dengan menggunakan - Pengendalian motorik dengan baik dapat - Melompat dengan kedua tangan halus yang bagus; dapat mengambil objek kaki - Melakukan putaran mengisi surat-surat yang kecil dari dalam - Berjalan pada balok atau berjungkir balik dengan baik tumpukan keseimbangan - Mengambil bagian di - Gigi tetap mulai nampak - Mengatur sendok atau - Memanjat pada peralatan dalam permainan yang - Proporsi badan yang garpu untuk memberi bermain menuntut keterampilan baik, adanya perubahan makan - Dapat melepaskan ï¬sik pada struktur wajah - Mulai dapat pakaian dan juga - Adanya peningkatan menggengam dan berpakaian sendiri perkembangan otot melepaskan suatu - Menangkap bola dengan yang kecil; koordinasi objek menggunakan lengan antara mata dan tangan - Berjalan mundur dan yang berkembang pada bagian atas ujung dengan baik jari kaki - Peningkatan - Memegang krayon dalam penguasaan dengan jari motorik halus; dapat menggunakan palu, pensil, gunting, dan lain-lain. - Dapat menjiplak gambar geometris - Memotong pada garis - Mencetak beberapa surat - Dapat bermain pasta dan lem - Mulai kehilangan gigi ganti gigi - Pekerjaan keterampilan tangan yang semakin baik Sumber Brewer, 200740 71Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Kelahiran sampai Usia Tiga sampai Usia Lima sampai Usia Tujuh sampai Usia Tiga Tahun Empat Tahun Enam Tahun Delapan TahunPerkem- - Bereaksi terhadap - Menjadi lebih sadar akan - Menyatakan gagasan - Lebih sering bersaingbangan Sosial orang lain diri sendiri yang kaku tentang dengan teman sebayaPerkembanganemosional - Menikmati pada saat - Mengembangkan peran jenis kelamin - Bergantung pada orang bergaul dengan anak- perasaan rendah hati - Memiliki teman baik, tua untuk perluasan dari anak lain - Menjadi sadar akan rasial meskipun untuk jangka minat dan aktivitas - Dapat memelihara dan perbedaan seksual waktu yang pendek - Masih dipengaruhi oleh keterlibatan dengan - Dapat mengambil arah, - Sering bertengkar pendapat dari teman anak yang lain untuk mengikuti beberapa tetapi dalam waktu sebaya suatu periode yang aturan yang singkat - Sering bermain dengan sangat pendek - Memiliki perasaan yang - Dapat berbagi dan teman lawan jenis - Mampu berbagi tanpa kuat ke arah rumah dan mengambil giliran - Membutuhkan nasehat- perlu membujuk keluarga - Ikut ambil bagian nasehat dari guru dalam - Menunjukkan - Menunjukkan suatu dalam setiap kegiatan banyak hal kemampuan yang petumbuhan dalam hal pengalaman di sekolah - Mulai dapat berbagi sangat kecil untuk perasaan atau pengertian - Mempertimbangkan - Mulai ingin untuk menunda kepuasan dari kepercayaan pada setiap guru merupakan mempersilahkan orang - Dapat meniru tindakan diri sendiri hal yang sangat penting lain dari orang lain - Bermainan paralel; mulai - Ingin menjadi yang - Menjadi lebih mandiri - Mulai untuk melibatkan bermain permainan yang nomor satu di tempat kerja dan diri pada permainan memerlukan kerja sama - Menjadi lebih posesif bermain yang paralel - Memiliki teman bermain terhadap barang- - Memiliki format yang khayalan barang kepunyannya lebih kronis dalam hal persahabatan - Mulai membentuk kelompok-kelompok - Tidak dapat - Dapat memaklumi - Dapat menyatakan - Menyatakan reaksi memaklumi frustrasi beberapa frustrasi perasaan kepada orang lain - Mudah menangis atau - Mulai mengembangkan - Dapat mengendalikan - Bersikap lebih sensitif berteriak pengendaliandiri agresi dengan lebih ketika diterrtawakan atau - Sering tidak mampu - Menghargai kejutan dan baik dikritik mengendalikan peristiwa tertentu - Menyatakan perhatian - Menyatakan keraguan dorongan atau gerakan - Mulai menunjukkan yang lebih sedikit ketika secara berlebihan, hati selera humor terpisah dari misalnya peperangan, - Mulai untuk menyatakan - Mulai mengungkapankan - Menyatakan selera kehilangan orang tua kasih sayang tentang kasih sayang humor di dalam lelucon, - Lebih tekun - Membutuhkan suatu secara terang-terangan kata-kata omong - Lebih dapat berempati; rutinitas dan rasa aman - Takut akan gelap, kosong dapat melihat dari sudut - Mulai untuk merasakan merasa diabaikan, atau - Belajar mengenai pandang orang lain emosi dari anak yang pada situasi yang belum hal-hal yang benar dari lain dikenal hal-hal yang salah - Mulai dapat - Mulai dapat menyatakan diri menyatakan sendiri, kadang-kadang dengan tegas Sumber Brewer, 200740-4172BAB 4 Teori Perkembangan Anak Usia Dini Kelahiran sampai Usia Tiga sampai Usia Lima sampai Usia Tujuh sampai Usia Tiga Tahun Empat Tahun Enam Tahun Delapan TahunPerkem- - Melakukan - Dapat mengikuti dua - Menunjukkan - Adanya perbedaan dibangan Kognitif penyelidikan secara perintah perhatian pada masa dalam membaca dan sensorimotor terhadap - Dapat membuat penilaian pertumbuhan kemampuan bahasa dominasi lingkungan menghitung banyaknya - Dapat mengurutkan - Mulai ada transisi untuk - Perkembangan kesalahan yang telah objek dalam urutan mewujudkan pemikiran berjalan cepat mereka buat yang tepat operasional - Mengembangkan - Mengembanbkan kosa - Dapat menggolongkan - Bicara dan berdiskusi suatu perasaan atau kata dengan cepat objek merupakan hal yang pengertian terhadap - Menggunakan angka- - Melekukan berbagai hal penting suatu objek yang tetap angka tanpa pemahaman dengan sengaja, lebih - Dapat membuat suatu - Mengembangkan - Adanya kesukaran dalam sedikit menuruti kata rencana aspek bahasa membedakan antara hati - Dapat menumbuhkan - Mulai dapat khayalan dan kenyataan - Seringkali kesulitan suatu minat terhadap menggunakan - Mulai melakukan dalam membedakan suatu hal untuk jangka beberapa angka; penggolongan, terutama antara khayalan dan waktu yang cukup lama jumlah dan berdasarkan fungsi dari kenyataan - Mulai memahami sebab warna, tetapi tidak suatu benda - Mulai menggunakan akibat memahaminya - Mulai menggunakan bahasa dengan agresif, - Mulai mengembangkan beberapa kata-kata terutama dalam hal suatu pemahaman abstrak yang fungsional penggolongan terhadap waktu dan - Mulai menanyakan - Mulai menyadari uang pertanyaan “Mengapa†tentang kesadaran - Mulai menggunakan secara sering mengenai gambaran bahasa pergaulan dan - Berpikir secara dan kata-kata yang kata-kata yang tidak egosentris dapat menghadirkan senonoh benda nyata - Mulai memahami - Menjadi tertarik dalam dan menggunakan jumlah dan menulis terminologi yang abstrak huruf - Menyatakan kesadaran - Mengetahui warna yang lebih tinggi - Tidak dengan secara terhadap masyarakat spontan menggunakan latihan di dalam tugas memori - Dapat melakukan sampai dengan tiga perintah sekaligus - Beberapa anak-anak mulai mengunakan angka; jumlah, panjang Sumber Brewer, 200741 73Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Perkembangan fisik pada masa bayi berjalan dengan cepat. Bayi belajar untuk mengendalikan kepala, menggapai sebuah objek, dan barangkali berdiri dan berjalan di tahun pertama tersebut. Ketika anak-anak tumbuh, perkembangan dari keterampilan motor mereka tidaklah sama cepatnya dengan seperti pada masa kanak-kanak, tetapi hal tersebut berlangsung terus sepanjang masa kanak-kanak. Pengamatan atas perkembangan fisik mengungkapkan bahwa pertumbuhan itu adalah bersifat cephalo- caudal proses pertumbuhan dimulai dari kepala hingga ke kaki dan juga proximo-distal proses pertumbuhan dimulai berasal pusat badan ke arah luar, dan perkembangan motorik kasar tersebut mulai berjalan dahulu sebelum motorik halus berkembang. Kendali terhadap kepala dan otot tangan diperoleh sebelum adanya kendali terhadap otot kaki. Dengan cara yang sama, anak-anak dapat mengendalikan otot dari tangannya sebelum mereka dapat mengendalikan otot motorik halus pada tangan mereka yang diperlukan untuk melakukan tugas seperti menulis dan memotong dengan gunting Allen dan Marotz, 201036-37. Tingkat perkembangan fisik anak-anak adalah variabel dan dihubungkan dengan keadaan lingkungan seperti terpenuhinya kebutuhan gizi dan kebebasan bagi anak untuk bergerak. Beberapa perilaku, seperti berjalan, cenderung untuk muncul pada saat yang sama dengan meskipun tetap berada di dalam rumah seperti ketika mereka masih bayi; misalnya, melempar, hal ini nampaknya bergantung pada kesempatan untuk melakukan praktik. Kebanyakan anak-anak didukung untuk mempraktikkan mereka keterampilan mereka melalui interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua boleh mendorong anak untuk maju, membiarkan mereka pergi serta mendukung mereka, agar dapat berdiri sendirian, berjalan selangkah atau dua langkah, dan berjalan terus sejauh beberapa langkah-langkah ke seberang ruang. Anak-anak memberi tanda pada para pengasuh mereka tentang dukungan yang harus diberikan pada setiap waktu dengan memberikan kesempatan untuk melakukan suatu hal. Jadi, sebagai contoh, kebanyakan para pengasuh anak tidak akan mencoba untuk membantu anak untuk berjalan, terutama bagi anak-anak yang belum menunjukkan kesiapan mereka untuk berjalan denganmpenarik diri mereka ke dalam posisi berdiri. Pada saat mereka berusia tiga tahun, kebanyakan anak-anak sudah dapat berjalan mundur, berjalan pada ujung jari kaki dan dapat berlari. Mereka sudah dapat melemparkan suatu bola dan menangkapnya dengan tangan mereka sendiri. Mereka juga dapat mengendarai sepeda roda tiga dan memegang krayon atau pensil dengan jari mereka atau dengan genggaman tangan mereka. Anak-anak yang berusia empat tahun sudah memiliki keterampilan tangan yang lebih baik; mereka sudah dapat memantulkan sebuah bola, melompat dengan menggunakan satu kaki, memanjat tangga, menuruni tangga dengan kaki yang bergantian dan melompat dari suatu posisi berdiri. Beberapa anak yang berusia lima tahun sudah dapat melompat dan beberapa anak belajar untuk melompati tali. Pada saat anak-anak berusia enam tahun, kebanyakan dari mereka sudah dapat melemparkan sebuah benda dengan baik dan kebanyakan dari mereka sudah belajar untuk mengendarai sepeda roda dua. Keterampilan dari anak-anak yang berusia tujuh dan delapan tahun sudah semakin baik dan mereka mulai memperoleh dan memahami suatu keterampilan yang baru. Mereka aktif secara fisik, seperti berlari, melompat, meloncat, dan memanjat, hanya kadang-kadang saja mereka berjalan. Kemampuan motorik halus mereka meningkat dengan baik sehingga mereka sudah dapat menggambar, menulis, dan belajar untuk memainkan alat musik. Berlatih untuk mempraktikkan keterampilan motorik halus merupakan hal yang penting di dalam periode ini, terutama untuk keterampilan yang baru saja diperoleh seperti berenang. Pada masa ini usia dan juga latihan mempunyai lebih efek yang lebih penting dibandingkan dengan jenis kelamin. Pada masa ini anak- anak perempuan dapat berlari sama cepatnya dengan anak laki-laki dan mereka juga dapat melemparkan sama jauh dan sama telitinya dengan anak-anak 4 Teori Perkembangan Anak Usia DiniImplikasi dalam Pengembangan KurikulumPerkembangan fisik merupakan hal penting dalam rentang kehidupan anak. Anak memerlukan waktu yangcukup untuk aktivitas secara fisik. Adalah merupakan hal yang penting pada masa prasekolah dan sekolah dasarpada kelas awal di mana anak memiliki waktu yang cukup untuk beraktivitas secara fisik. Anak-anak sejak lahirsampai berusia tiga tahun manakala dorongan dari orang tua dan guru dengan memberikan kesempatan agaranak dapat melakukan kegiatan fisik dengan aman dan tidak mengharapkan keterampilan motorik yang akandicapai oleh anak. Anak yang berusia empat dan lima tahun masih membutuhkan aktivitas fisik yang lebihbanyak daripada hanya duduk diam saja, meskipun mereka juga masih dapat duduk untuk beberapa waktutertentu, misalnya ketika sedang mendengarkan cerita. Para guru dan orang tua dari anak-anak kecil harus berpikir secara hati-hati ketika sedang merencanakankegiatan-kegiatan bagi anak-anak kecil. Sebagai contoh, menulis pada garis memerlukan kendali motorikhalus yang benar-benar baik, dan kebanyakan dari anak-anak yang berusia lima dan enam tahun belum dapatmelakukan kegiatan ini dengan baik, tanpa adanya kesukaran yang pantas untuk dipertimbangkan. Anak-anakyang ikut serta dalam beberapa kegiatan olahraga seperti tee-ball dan sepakbola ketika mereka masih mudaboleh mungkin saja juga akan menghadapi kesulitan yang sama. Beberapa orang tua dan pelatih mengharapkanadanya suatu koordinasi bagi anak-anak yang berusia lima sampai dengan delapan tahun. Jika anak-anakmengambil bagian di dalam suatu aktivitas yang terorganisir, maka orang tua dan pelatih perlu menyadariakan kemampuan yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut dan untuk menyamakan antara harapanmereka sebagai orang tua dan kemampuan yang dimiliki oleh anak. Semua anak kecil memerlukan aktivitas fisik yang memerlukan energi yang cukup besar setiap harinyadan tidak ada anak perlu mencuri kesempatan untuk melakukan aktivitas itu karena ia harus menyelesaikantugasnya, atau karena dia diberikan suatu hukuman. Ada suatu perhatian yang diberikan terhadap pertumbuhananak-anak di Amerika Serikat yang mengatakan bahwa anak-anak di sana memiliki keadaan phisik yang lebihburuk dibandingkan dengan generasi anak-anak yang sebelumnya Zigler dan Finn-Stevenson dalam Catrondan Allen, 1999290-291. Keadaan ini timbul karena anak-anak pada masa ini cenderung untuk melakukanaktivitas-aktivitas yang pasif seperti menonton televisi dan duduk dengan tenang di meja serta kurangnyalatihan yang memerlukan energi yang cukup besar dalam kehidupan mereka sehari-hari. Beberapa hal di bawah ini dapat membantu guru dalam mengembangkan keadaan fisik dari anak-anaklewat Menyediakan permainan di luar ruangan. Permainan yang ada sebaiknya merupakan permainan yang dapat mengembangkan keterampilan memanjat, berlari, melompat, dan Meyakinkan anak-anak bahwa mereka memiliki suatu kesempatan untuk berada di dalam suatu area permainan yang berisi matras, bola karet dan target, dan bahan-bahan lain yang dapat mendukung per- kembangan Bagi setiap anak, peralatan yang ada di dalam rumah diperuntukkan bagi perkembangan fisik anak, meli- puti perahu goyang, anak tangga bersusun, terowongan dan seluncuran yang rendah. Ketika anak-anak bertambah besar, peralatan yang tepat mencakup perlengkapan memanjat yang lebih rumit, balok ke- seimbangan, dan Menyediakan bola yang sesuai dengan usia anak. Bagi setiap anak, bola harus berukuran besar dan dibuat dari bahan yang lembut seperti busa dan benang. Ketika anak belajar untuk menangkap dan melemparkan bola dengan mudah, mereka dapat menggunakan bola yang terbuat dari karet yang lunak. Bola karet yang 75Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini tahan lama juga harus disediakan untuk anak-anak yang berusia sekitar lima dan enam tahun yang se- dang belajar untuk menendang suatu bola. ï‚ï€ Banyak aktivitas kelas yang dapat membantu anak-anak dalam mengendalikan motorik halus mereka, seperti melukisan, memotong dengan gunting, bermain plastisin, meronce manik-manik, menjahit pada karton, menggunakan pancang dan pegboards, dan seterusnya. Para guru harus mendorong aktivitas ini sesuai dengan indikator perkembangan anak. 2. Perkembangan Sosial Seperti telah dicatat di bagian atas mengenai perkembangan fisik, maka gerakan fisik pertama anak tidaklah dapat dibedakan - di mana anak bergerak kemana-mana secara tiba-tiba ketika ada hal yang menarik perhatian mereka. Perkembangan sosial dan emosional bayi juga tidak dapat dibedakan, pada respons yang diberikan terhadap suatu stimuli seperti lapar atau dingin maka akan menimbulkan tangisan yang tidak dikhususkan bagi stimuli tersebut. Dalam suatu minggu tertentu, tangisan anak menjadi dibedakan sedemikian rupa sehingga para pengsuh anak dapat membedakan antara tangisan yang menunjukkan bahwa anak lapar, bosan, atau merasa sakit. Pada usia enam minggu atau dua bulan, bayi dapat bereaksi terhadap orang dewasa yang sedang tersenyum padanya dan mulai untuk meniru perilaku seperti mengeluarkan lidahnya atau menutup matanya. Pada delapan bulan atau sekitar usia tersebut anak telah mengembangkan hubungan yang kuat dengan pengasuhnya dan merasa khawatir apabila dipisahkan dari pengasuhnya tersebut. Anak yang baru belajar berjalan mulai mengembangkan hubungan kasih sayang dengan keluarga mereka. Anak yang berusia dua tahun sedang berusaha untuk memilih identitas diri mereka sendiri, dan â€aku dapat melakukan sendiri hal itu†adalah salah satu kalimat pernyataan yang paling sering diucapkan oleh anak. Ketika anak berusia tiga tahun, anak mulai membangun suatu hubungan dengan keluarga mereka dan juga dengan orang lain yang bukan merupakan anggota keluarga mereka. Mereka juga mencoba untuk membuat sebuah strategi untuk menyatakan keinginan mereka dan beberapa ide tentang identifikasi terhadap peran seks. • Perkembangan Kepribadian Salah satu unsur perkembangan sosial adalah perkembangan kepribadian. Eric Erikson, seorang ahli teori psikoanalisis, berkonsentrasi untuk memahami tentang perkembangan dari ego—suatu perasaan terhadap diri Ambron dalam Catron dan Allen, 199924. Uraian yang dia berikan tentang tahapan-tahapan dalam perkembangan ego bermanfaat bagi para guru. Erickson memandang perkembangan identitas anak sebagai cerminan dari hubungan dengan orang tua dan keluarga di dalam konteks yang lebih luas tentang masyarakat. Guru yang berpikir tentang perilaku anak-anak di dalam terminologi Erikson akan merencanakan program yang menyediakan banyak peluang untuk anak-anak untuk membangun kepercayaan dan untuk membuat berbagai macam pilihan serta merasakan sukses dari pilihan yang mereka buat sendiri. Buzzelli dan Memfile dalam Catron dan Allen, 199924 menyatakan bahwa membangun sebuah persahabatan adalah penting dalam tujuannya untuk membangun sebuah kepercayaan. Membantu anak-anak untuk mengenali kebutuhan dan perasaan mereka sendiri merupakan hal yang penting di dalam membangun kepercayaan. Anak harus merasakan bahwa gagasannya adalah gagasan yang baik dan orang lain menghormati gagasan itu. Jika terlalu banyak waktu yang dihabiskan di sekolah atau tempat penitipan anak lainnya diarahkan untuk76BAB 4 Teori Perkembangan Anak Usia Dinimemperhatikan guru, maka anak akan mulai merasa bahwa gagasan mereka tidak dapat diterima. Anak-anak yang lebih tua perlu untuk mengambil bagian di dalam aktivitas di mana prestasi mereka jelas nyata danpatut untuk dirayakan. Sebagai contoh, anak yang berusia empat atau lima tahun harus mengetahui bahwajika mereka menyarankan sebuah aktivitas, maka guru akan mendengarkan dan membantu mereka untukmenyelesaikan gagasan mereka tersebut jika mungkin. Jika aktivitas tidak dapat dikerjakan di dalam kelas,maka guru akan tetap menerima gagasan mereka tersebut dengan rasa hormat dan mungkin membantu anakuntuk memodifikasi gagasan tersebut atau memenuhi beberapa bagian dari aktivitas Perkembangan Konsep Diri Unsur perkembangan sosial yang lain dari anak adalah perkembangan konsep diri. Konsep diridikembangkan secara bertahap; anak mengembangkan konsep dirinya sebagai seorang individu yang terpisahdari orang lain selama beberapa tahun. Melalui interaksi pertama anak dengan orang tua dan keluarga dankemudian dengan orang lain di luar keluarga tersebut, anak secara berangsur-angsur mulai mengembangkansuatu konsep mengenai siapa mereka adalah dan seperti apa mereka. Dalam suatu studi klasik tentang konsepdiri anak-anak, Coopersmith dalam Catron dan Allen 199924 menemukan bahwa anak, terutama anak laki-laki yang memiliki konsep diri yang baik memiliki orang tua yang menerima, menyayangi, dan memperhatikananak mereka. Orang tua juga memberlakukan aturan yang kuat secara hati-hati dan menetapkan standarperilaku yang tinggi, tapi tidak dengan menggunakan cara penerapan disiplin yang non-coercive. Mereka jugamempertunjukkan interaksi yang lebih demokratis dengan anak-anak mereka. Para guru anak-anak sering merencanakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan konsepdiri anak. Rencana ini sering meliputi unit tentang “akuâ€. Walaupun pengembangan hal positif bagi diri anakdijadikan sebagai tujuan akhir, berkonsentrasi pada hal “aku†tidak akan memenuhi kebutuhan anak dalam halkonsep diri Katz dalam Catron dan Allen, 1999 25. Para guru akan mempromosikan konsep diri secara lebihefektif dengan merencanakan suatu kurikulum yang mengizinkan adanya beragam pilihan bagi anak-anakdan peluang untuk mengambil bagian dalam suatu aktivitas yang bervariasi di mana mereka dapat meraihsuatu prestasi dan dapat merasa terkendali. Hal positif tentang diri mereka sendiri dan kemampuan merekaadalah lebih baik dalam hal membantu perkembangan mereka dibandingkan dengan pengalaman yang sudahmereka peroleh seperti, menggambar tentang “aku, makanan favoritku, binatang kesayanganku, dan Peran dari Permainan Pengalaman bermain sangat penting di dalam perkembangan sosial dan emosional dari anak-anak. Anak-anak dapat â€memainkan†berbagai peran dan perilaku serta mendapatkan umpan balik tentang kecocokkandari perilaku dalam bermain. Mereka dapat memainkan â€peran pemarah†atau â€sebagai bayi†dan menemukantanggapan seperti apa perilaku yang mereka timbulkan dalam suatu situasi yang tidak dikondisikan. Merekadapat juga â€memainkan†berbagai peran dari orang dewasa. Anak-anak yang lebih muda sering memainkanperan anggota keluarga, dan seiring dengan pengalaman yang mereka miliki maka mereka juga mulai mencobauntuk memainkan peran di luar peran keluarga tersebut. Mereka mungkin bermain tentang toko bahanmakanan, penjaga pompa bensin, dokter gigi, atau tukang sampah dan juga menyelidiki pola perilaku yangmereka yakini sesuai dengan individu tersebut. 77Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini • Hubungan Sosial dan Keterampilan Sosial Tahapan-tahapan perkembangan psikologis menurut Erikson dalam Nixon dan Gould 199920-22 adalah Dasar Kepercayaan VS Dasar Ketidakpercayaan usia satu tahun Pengalaman dan sensasi yang memberi bayi suatu perasaan tentang keakraban dan kepastian dalam me- nyedia-kan suatu perasaan dari dirinya sendiri. Ia merasakan bahwa dunia adalah baik hati atau sedikitnya dapat dipercaya, dan ia juga dapat mempercayai dirinya sendiri dan kemampuan dirinya sendiri. Ia telah menetapkan suatu dasar kepercayaan. Jika seorang individu mengembangkan suatu dasar ketidakpercayaan, maka ia boleh bersikap dengan cara tidak rasional atau untuk menarik diri mereka sendiri ke dalam suatu keadaan shizofrenia atau menekan perasaan mereka sendiri di dalam kehidupan yang akan datang. Otonomi VS Malu dan Meragukan usia dua tahun Sepanjang tahun kedua dalam kehidupan seorang bayi mengembangkan kendali terhadap berotot; dia menggerak-gerakkan tubuhnya dan mulai dilatih untuk ke kamar kecil. Dia membutuhkan suatu keadaan yang tetap, sebagai perlindungan dalam melawan dorongan hatinya sendiri yang potensial. Perasaan dari pengendalian-diri ini otonomi yang dianaki pada langkah ini memimpin ke arah suatu perasaan yang tetap tentang kehendak yang baik dan kebanggaan terhadap pribadi diri sendiri. Suatu kegagalan untuk mencapai otonomi yang dengan baik dipandu dapat mengarah pada suatu keadaan sakit saraf, suatu perasaan yang menyebar tentang rasa malu terhadap dunia, dan keraguan yang memaksa diri sendiri dan juga orang lain. Inisiatif VS Rasa bersalah usia prasekolah Sepanjang usia prasekolah anak memberi tanda-tanda kepada tentang persediaan energi yang tidak terbatas di dalam diri mereka, yang mana hal tersebut mengizinkan dia untuk belajar mengenai bermacam-macam aktivitas dan gagasan dengan cepat dan tepat. Anak akan berkonsentrasi pada kesuksesan dan bukan pada kegagalan, dan mengerjakan berbagai hal untuk kesenangan yang sederhana yang dapat ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Anak berusaha untuk menjadi â€dirinya Bahaya yang mungkin dalam periode ini adalah adanya penaklukan dan eksplorasi yang agresif dan yang dilakukan dengan gembira yang mungkin akan membawa anak ke dalam suatu keadaan frustrasi. Kekuatan mental dan fisiknyanya mendorong ambisi yang akan disalurkan lewat kemampuan-kemampuannya, ia kadang-kadang akan gagal atau dikalahkan. Ke- cuali jika ia dapat mencapai suatu keadaan yang mungkin diliputi oleh pengunduran diri, rasa bersalah dan ketertarikan. Dalam hal ini barangkali adalah jauh lebih baik untuk membantu anak pada masa ini dengan mendorong anak untuk bermain secara konstruktif, mendesak anak untuk berbuat beberapa pekerjaan se- hari-hari di sekitar rumah, atau untuk lebih mempedulikan anak-anak yang lebih muda. Dengan cara ini konflik antara inisiatif dan rasa bersalah mungkin dapat dipecahkan oleh penetapan suatu moral yang bersi- fat membangun; hal ini dapat membantu individu untuk tetap berada pada jalan yang tadinya terlihat tidak mungkin bagi anak, tetapi pada akhirnya akan sangat memuaskan. Jika sisa konflik belum terpecahkan, di dalam hidup individu dewasa mungkin akan terhalang baik secara sosial ataupun seksual, atau bahkan ia boleh bertindak untuk melebihi batas dengan memaksa untuk â€beraksiâ€.78BAB 4 Teori Perkembangan Anak Usia DiniRasa Percaya Diri VS Sifat Rendah Diri usia pertengahan anak usia diniBangunan dengan otonomi kepercayaan yang sebelumnya dikembangkan secara diam-diam, dan inisiatif,maka anak akan dapat mencapai suatu perasaan tentang rasa percaya diri. Di sekolah anak belajar keterampilandasar dalam menulis dan kerja sama yang akan memungkinkan dirinya sendiri untuk menjadi suatu anggotayang produktif di dalam masyarakat, dan kebutuhan akan prestasi menjadi lebih penting bagi dirinya belajar tentang kepuasan dari melakukan suatu tugas sampai hal tersebut diselesaikan dan menggunakanketerampilannya untuk melaksanakan semua tugas sesuai dengan harapan orang lain dan dirinya sendiri. Dalamsuatu kultur seperti milik kita di mana prestasi sering diukur dalam kaitan dengan melakukan sesuatu denganhasil yang lebih baik daripada orang lain, maka anak juga belajar untuk bersaing dan mengukur produktivitasdirinya dalam hubungannya dengan orang lain. Besarnya bahaya yang dapat timbul dari periode ini adalah dua kali lipat. Di satu sisi anak belajar untukmenghargai bahwa prestasi bekerja adalah lebih penting di hal yang lain; anak dapat mengasingkan teman-temansebayanya karena adanya kompetisi di antara mereka. Pada sisi lain anak dapat merasakan ketidakmampuannyadalam melaksanakan tugas yang diperlukan dan juga mengembangkan suatu perasaan rendah diri yangmencegah anak untuk berusaha. Pengalaman dari kegagalan boleh mendorong ke arah perasaan anak bahwadia tidak cukup mampu untuk melaksanakannya, bahwa dia tidak bisa menjadi sukses sebagai seorang dalam kasus yang ekstrim, perasaan rendah diri ini dapat memengaruhi sikap anak ke arah pekerjaannyaseumur hidup. Riset yang berkelanjutan dilakukan untuk menekankan pentingnya perkembangan pembangunan sosialbagi anak-anak pada awal tahun masa kanak-kanak. Ullmann menemukan bahwa anak-anak yang tidak dsukaioleh lingkungan memiliki kemungkinan gagal di dalam sekolah mereka; Roff dan Sells 1968 menemukanbahwa anak-anak tidak disukai oleh lingkungan lebih mungkin memiliki permasalahan emosional ketikamereka beranjak menjadi orang dewasa; dan Roff dan Sells 1968 menemukan bahwa anak-anak yang tidakdisukai oleh lingkungan lebih mungkin terlibat dalam perilaku pelanggaran ketika mereka beranjak ini menggaris bawahi tentang pentingnya membantu anak-anak belajar untuk mengambil bagian didalam hubungan sosial. Anak-anak yang gagal di dalam hubungan sosial pada dasarnya dikarenakan merekatidak mampu meneliti situasi dan menentukan perilaku mana yang perlu diubah. Hal ini kemudian menjaditanggung jawab guru untuk membantu seorang anak dalam memecahkan suatu lingkaran yang gagal danmenerapkan perilaku baru yang lebih baik yang didorong ke arah yang tujuannya adalah untuk menetapkanhubungan sosial Ullmann, Sells dan Roff dalam Catron dan Allen, 1999 241-244. Keterampilan sosial sebagai suatu â€kemampuan untuk menilai apa yang sedang terjadi dalam suatusituasi sosial; keterampilan untuk merasa dan dengan tepat menginterpretasikan tindakan dan kebutuhan darianak-anak di kelompok bermainan; kemampuan untuk membayangkan bermacam-macam tindakan yangmemungkinkan dan memilih salah satunya yang paling sesuaiâ€. Anak-anak yang berhasil dan populer secarasosial seringkali menunjukkan kemampuan ini, sedangkan anak-anak yang memiliki keterampilan sosial yangrendah memerlukan instruksi yang langsung dengan cara modeling, memainkan peranan, atau penggunaanboneka untuk membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan ini. Roopnarine dan Honig dalamCatron dan Allen 1999237, dalam suatu tinjauan ulang dari riset tentang anak-anak yang tak disukai,menambahkan bahwa para guru dapat membantu anak-anak untuk menjadi lebih baik dalam bergaul denganmembantu keluarga-keluarga mereka untuk memusatkan pada teknik disiplin lebih positif dan meyakinkanbahwa pembangunan sosial yang positif merupakan suatu tujuan program yang utama. 79Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Para guru dan orang tua mempunyai kaitan dengan perkembangan di dalam anak-anak tentang perilaku prososial membantu, bekerja sama, dan berempati. Peningkatan perilaku prososial tersebut meningkat dengan cepat pada sepanjang tahun sebelum masuk sekolah. Di dalam situasi kelas, para guru dapat membantu anak- anak dalam mengembangkan perilaku ini melalui pemodelan terhadap perilaku yang diinginkan, pengaturan atas situasi yang memerlukan kerja sama, dan mengusulkan jalan keluar yang lebih baik bagi anak-anak di mana mereka dapat saling menolong atau bekerja sama. Beberapa peralatan permainan harus dipilih agar dapat digunakan oleh lebih dari satu anak, seperti telepon, melompat tali temali, atau papan permainan. Para guru dapat menjadi model bagi kepedulian dan pengenalan terhadap jiwa orang lain untuk masing-masing anak dan mendiskusikan dengan anak-anak bagaimana beberapa tindakan dapat membuat rasa orang lain merasakan hal sama. Mereka dapat juga menunjukkan bagaimana caranya bekerja sama dalam membantu membangun suatu konstruksi blok atau membantu menggali di kebun. Perilaku yang prososial hampir dapat dipastikan dapat dikembangkan lewat kondisi-kondisi yang tertentu, seperti 1. Anak-anak mempunyai hubungan yang konsisten dengan pemeliharaan, orang dewasa yang secara indi- vidu penuh perhatian. 2. Anak-anak dapat mengidentifikasi perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain. 3. Anak-anak dapat menunjukkan kepada orang dewasa siapa yang dapat memperagakan perilaku yang pro- sosial. 4. Peluang anak-anak yang telah bereaksi terhadap situasi yang nyata di mana perilaku prososial adalah me- rupakan perilaku yang sesuai. 5. Anak-anak telah didukung untuk berpikir tentang alternatif yang mungkin ke arah suatu tindakan Honig dalam Catron dan Allen, 1999241-242. Pellegrini menguraikan tiga area keterampilan yang harus dievaluasi di dalam memperkirakan per- kembangan sosial anak-anak. Peranan dari area keterampilan ini adalah menerima berupa kemampuan untuk memahami suatu sudut pandang dari orang lain, pemecahan masalah sosial berupa pengaturan hubungan antar pribadi, dan kerja sama berupa interaksi kerja sama dengan orang lain. Guru dapat mengamati perilaku anak-anak dalam kategori ini dan menyediakan petunjuk-petunjuk yang lain baik berupa instruksi, pemode- lan, atau peluang untuk berinteraksi dengan teman sebaya yang akan membantu anak dalam mengembangkan kemampuan sosial mereka. Ketika anak-anak sedang saling berbantah di dalam suatu permainan, maka guru dapat membantu mereka dalam memahami sudut pandang orang lain dan mencoba untuk mencari suatu jalan keluar untuk memecahkan masalah tanpa berkelahi. Banyaknya tugas di kelas, seperti membersihkan diri setelah beraktivitas atau bekerja, memerlukan perilaku kerja sama yang dapat dicontohkan oleh para guru. • Agresi Aspek yang lain tentang pembangunan sosial yang patut mendapat perhatian adalah agresi. Para guru dan orang tua mempunyai kaitan dengan perilaku yang agresif anak-anak. Hasil dari studi menunjukkan bahwa perilaku yang agresif di kelas dapat dikurangi dengan menyediakan bahan-bahan, ruang yang cukup sedemikian sehingga anak-anak tidak mempunyai alasan untuk bersaing antara anak yang satu dengan anak yang lain. Studi ini juga menyarankan untuk menghilangkan mainan yang dapat mengarahkan diri anak ke arah agresif dan tidak membiarkan anak-anak untuk mengambil manfaat dari perilaku yang agresif dengan mengendalikan korban atau berusaha untuk memperoleh perhatian dari guru. Adalah juga merupakan hal80BAB 4 Teori Perkembangan Anak Usia Diniyang penting juga untuk meniru model perilaku saling bekerja sama, mendiskusikan dan menunjukkan solusike permasalahan yang lain selain dari agresi, dan bukan hanya untuk mengalihkan agresi ke benda Identifikasi Peran Seks Identifikasi peran seks adalah merupakan hal penting yang lain dalam pembangunan sosial. Sebelumanak yang berusia tiga tahun mulai untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri sebagai anak laki-laki atauanak perempuan maka pada usia ini mereka sudah dapat dapat mengidentifikasi orang lain sebagai anak laki-laki atau anak perempuan. Selanjutnya mereka mulai mengembangkan konsep identitas seksual dan sikapmereka tentang peran yang sesuai bagi pria dan wanita. Sesungguhnya, anak-anak yang berusia prasekolahmungkin agak bingung tentang permainan atau tugas yang sesuai bagi pria atau wanita. Setelah sekitar umurtujuh tahun anak-anak nampak tumbuh lebih sedikit kaku dalam pikiran mereka tentang peran seks, hal inidisebabkan mungkin karena mereka lebih merasa aman tentang identitas seksual mereka sendiri. Para guruakan menginginkan struktur kelas dan aktivitas yang sedemikian sehingga kedua-duanya baik anak laki-lakidan anak perempuan mempunyai dorongan dan peluang yang sama untuk mengambil bagian. Pastikan bahwaliteratur merupakan hal yang dipilih untuk digunakan di dalam kelas untuk mencontohkan tentang perilakuyang tidak dapat ditiru oleh jenis kelamin dan juga menghindari untuk memberikan tugas dalam suatu carayang harus mematuhi peraturan-peraturan tertentu secara konsisten meminta anak laki-laki untuk melakukanpekerjaan berat dan anak perempuan untuk melakukan pekerjaan lisan atau seni.• Implikasi dalam Pengembangan Kurikulum Para guru pada umumnya tidak merencanakan aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan per-kembangan sosial; sebagai gantinya mereka memikirkan perkembangan sosial sebagai salah satu bentuk darikeikutsertaan anak, dalam suatu kegiatan kelas yang bervariasi. Para guru yang ingin membantu anak untukberkembang secara sosial denga baik akan menyadari kemampuan sosial anak-anak dan mengambil keun-tungan dari kegiatan kelas yang rutin bagi perkembangan mereka yang lebih lanjut. Aktivitas seharusnya da-pat mendorong anak-anak untuk dapat saling bekerja sama, mengembangkan konsep diri mereka, dan untukmemperoleh keterampilan dalam interaksi dengan anak-anak yang lain. Beberapa hal berikut ini merupakansedikit usul dari beberapa cara yang ada untuk mempromosikan mengenai adanya suatu pertumbuhan di da-lam kemampuan Menyediakan sudut berhias di mana anak-anak dapat berdandan untuk memainkan berbagai peran. Sera- gam yang sederhana seperti celemek dan topi dapat membantu anak-anak untuk menyelidiki tentang pe- ran yang baru. Tiga dan empat kebutuhan yang lain memerlukan bantuan dari keluarga; anak-anak yang lebih tua memerlukan penyangga yang lebih baik untuk memerankan peranan yang lebih besar yang ada di dalam Bagi anak-anak yang berusia tiga tahun, alat-alat permainan yang baik harus mencukupi sehingga hanya akan ada argumentasi yang lebih sedikit dan anak-anak perlu untuk menunggu lebih lama lagi untuk mengikuti putaran kegiatan yang berikutnya. Ketika anak-anak beranjak dewasa, para guru boleh mem- bantu anak-anak dalam memilih salah satu pendekatan ketika mereka sedang menunggu giliran dan ber- bagi mainan dan peralatan seperti misalnya penggunaan sistem menunggu, menggunakan suatu penga- tur waktu, dan seterusnya. 81Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini ï‚ï€ Menggunakan boneka untuk model teknik yang sesuai dalam memasuki suatu kelompok bermain. Se- bagai contoh, guru dapat menggunakan sebuah boneka untuk menununjukkan bagaimana seorang anak akan bertanya pada sekelompok anak yang sedang bermain balok apakah dia dapat ikut serta bermain di dalam kelompok tersebut, tentu saja apabila diperbolehkan oleh kelompok tersebut. ï‚ï€ Mendorong anak-anak untuk membuat keputusan sebanyak mungkin. Dalam bermain bebas, izinkan anak untuk memilih dan melakukan suatu. Dalam kegiatan di satu hari, seperti musik atau waktu cerita, dorong juga anak untuk memilih salah satu lagu atau cerita. ï‚ï€ Model empati dan mempedulikan perilaku serta mendorong anak-anak untuk melakukan perilaku ini. ï‚ï€ Bermain peran merupakan solusi untuk memecahkan masalah dalam interaksi sosial. Sebagai contoh, anak-anak mungkin akan memainkan peranan tentang bagaimana cara membuat suatu pengenalan ketika seorang tamu datang ke dalam kelas atau bagaimana cara untuk meminta anak lain untuk berbagi bahan-bahan. 3. Perkembangan Emosional Perkembangan emosional, seperti perkembangan fisik dan sosial, mengikuti tahapan perkembangan yang dapat diramalkan tentang pertumbuhan Zigler dan Finn-Stevenson dalam Catron dan Allen, 1999215. Bayi bereaksi terhadap emosi apa pun dengan mengeluarkan suara tangisan yang tidak dibedakan. Ketika bayi tumbuh, tangisan ini mulai dapat dibedakan dan digunakan untuk mencerminkan berbagai emosi. Dalam beberapa bulan kemudian, bayi mulai menjerit dengan penuh kemarahan meskipun tidak mengeluarkan air mata di mana hal ini disebabkan oleh adanya kesakitan fisik. Bayi hampir tidak mempunyai kapasitas dalam hal kesabaran untuk menunggu kedatangan seseorang yang akan memenuhi kebutuhan mereka terpaksa; reaksi mereka terhadap merasakan suatu hal bersifat sesegera mungkin. Beberapa peneliti Thomas dan Chess dalam Catron dan Allen,1999220 menemukan bahwa anak-anak yang mempunyai perangai yang baik di waktu muda dan maka akan memiliki kestabilan emosi dari waktu ke waktu; perangai memberikan pengaruh terhadap lingkungan. Jika seorang bayi adalah sulit mengatasi emosinya dan lekas marah, sebagai contoh, maka orang tua tidak boleh menangani bayi tersebut dengan memberikan perlakuan yang sama dengan bayi lain yang berada dalam keadaan normal—dan hal ini pada gilirannya memengaruhi perangai bayi lebih lanjut. Anak kecil memiliki perilaku yang sangat memaksa. Mereka hanya mempunyai sedikit kendali dari dorongan hati mereka dan mudah merasa putus asa. Pada saat anak mencapai usia tiga tahun, mereka sudah menumbuhkan beberapa sikap toleransi untuk mengatasi hal tersebut. Mereka sudah dapat menunggu untuk jangka waktu yang singkat. Jika ibu mereka menjelaskan bahwa makan malam akan segera siap, maka mereka sudah dapat bersikap sabar untuk menantikan hal tersebut. Mereka juga sudah dapat mengembangkan beberapa sikap pengendalian-diri; mereka tidak bereaksi terhadap setiap dorongan hati. Observasi yang dilakukan terhadap anak yang berusia tiga tahun menyatakan bahwa mereka berbicara pada diri sendiri dengan suatu keyakinan bahwa mereka telah berbuat suatu hal yang benar meskipun hal tersebut tidak dipikirkan dahulu sebelumnya. Anak yang berusia tiga dan empat tahun menyenangi kejutan-kejutan dan juga peristiwa roman. Mereka memerlukan keamanan dengan mengetahui bahwa ada suatu struktur dalam kehidupan sehari-hari mereka - bahwa mereka akan bermain, memiliki beberapa makanan kecil, dan seterusnya—tetapi mereka juga memberikan beberapa respons yang lebih baik terhadap beberapa kejutan di hari itu. Ketika seseorang yang berpakaian sebagai Mother Goose mampir di beberapa kelas untuk berbagi beberapa syair anak-anak yang82BAB 4 Teori Perkembangan Anak Usia Dinisingkat, maka anak sudah mampu untuk mengatasi perubahan yang terjadi itu. Anak yang berusia tiga danempat tahun juga mulai mengembangkan selera humor. Mereka sering tertawa ketika mendengar suatu katayang mengeluarkan bunyi yang lucu atau ketika mereka melihat suatu hal yang ganjil dan tidak pantas. Merekatidak merasa malu ketika mereka tertawa pada saat yang tidak tepat sebab mereka tidak bisa meneliti perilakumereka sendiri dalam rangka menentukan apakah perilaku tersebut adalah sesuai atau tidak. Bagi anak yang berada di bangku Taman Kanak-kanak dan kelas satu, sudah dapat menyatakan danmelabelkan suatu emosi yang luas. Mereka dapat menguraikan rasa sedih yang mereka alami, rasa marah, atauperasaan senang dan juga menguraikan suatu situasi yang merupakan emosi yang dihasilkan oleh anak-anakyang lain. Anak-anak ini menjadi lebih mampu dalam mengendalikan perasaan agresif mereka dan, denganbeberapa bimbingan, dapat belajar untuk mengeluarkan rasa frustrasi mereka kepada anak-anak lain denganmenggunakan kata-kata dibanding dan bukan dengan memukul. Anak yang berusia lima dan enam tahun jugasudah mulai untuk mengembangkan suara hati dan suatu perasaan tentang benar atau salah. Anak yang berusia lima dan enam tahun mengekspresikan rasa humor mereka lewat lelucon atau kata-katayang tidak masuk akal. Mereka sering menceritakan tentang suatu lelucon tanpa menceritakan bagian inti daricerita tersebut dan masih menertawakan cerita mereka sendiri. Lelucon â€Knock-Knock†adalah merupakansalah satu favorit dan mereka sering menceritakan lelucon ini menurut versi mereka sendiri. Mereka jugamempunyai kesenangan yang besar dengan menciptakan kata-kata omong kosong atau membuat sajak dengankata-kata yang lain. Hal ini akan menjadi lebih lucu jika mereka menjadi sedikit lebih nakal. Anak-anak yang berusia tujuh dan delapan tahun, mulai mencoba kembali untuk memperoleh kendaliyang lebih baik lagi dari tanggapan emosional mereka. Mereka sangat sedikit menuruti kata hati dibandingkandengan anak-anak yang berusia lebih muda. Mereka mempunyai tanggapan yang kuat terhadap individu yanglain dan pada umumnya seperti tidak menyukai anak-anak lain dengan waktu yang cukup singkat. Merekamenunjukkan kebingungan terhadap perilaku mereka sendiri. Mereka cenderung untuk memiliki keraguan yanglebih besar dibandingkan dengan anak-anak lain yang berusia lebih muda, di mana mereka mulai menyadarikondisi di dunia dan lebih menaruh perhatian terhadap cerita-cerita baru yang mereka lihat di televisi atauyang mereka dengan dari bahan diskusi orang-orang dewasa. Mereka merasa cemas terhadap perang, terlibatdalam suatu kejadian kepada orang tua mereka kematian atau perceraian, dan tentang kecelakaan. Anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai menunjukkan ketekunan di dalam usaha yang merekalakukan untuk mencapai tujuan mereka. Ini sering menyebabkan orang tua mereka menjadi kesal di manaketika anak meminta orang tua untuk melakukan suatu hal secara berulang kali, lalu setelah itu perlakuantersebut ditolak oleh mereka. Pada usia ini anak-anak mengembangkan sikap empati yang lebih pengenalanbagi orang lain dan juga merasa bersalah ketika mereka melukai orang lain, baik secara fisik ataupun mencoba untuk menimbulkan rasa nyaman terhadap keluarga atau teman tanpa diminta untuk KurikulumPertumbuhan emosional dapat didukung melalui jenis kelas yang memiliki ciri khas belajar berdasarkanpengalaman, jika guru menyadari tahapan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak dan juga hal-hal apasaja yang dapat dilakukan untuk mendorong perkembangan. Beberapa hal berikut ini adalah merupakan salahsatu contoh dari aktivitas kelas yang dapat membantu Mintalah anak untuk menggambarkan suatu situasi di mana rasa frustrasi dan kemarahan seharusnya ditangani dengan sewajarnya. 83Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini ï‚§ï€ Mengggunakan boneka sebagai model yang tepat dalam memberi respons terhadap emosi. Sebagai con- toh, pada anak-anak yang lebih muda, guru mungkin menggunakan boneka sebagai model dalam peng- gunaan bahasa untuk menyatakan kemarahan dan bukan dengan cara memukul. Pada anak-anak yang lebih tua guru mungkin menjadi model dalam menghilangkan rasa frustrasi dengan memenangkan suatu perlombaan atau permainan. ï‚§ï€ Membantu anak-anak belajar untuk mengakui tentang suatu hal dan memberi label terhadap perasaan mereka sendiri ketika mereka mengambil bagian untuk ikut serta beraktivitas di dalam kelas. ï‚§ï€ Memilih literatur di mana setiap karakter bereaksi dengan emosi yang sewajarnya dan mendiskusikan bagaimana mereka merasakan dan juga bagaimana mereka bertindak. ï‚§ï€ Memberikan rasa empati bagi anak-anak yang merasa ketakutan dan juga yang membutuhkan perhatian. Mereka harus menjadi sesuatu yang nyata bagi anak dan tidak boleh meremehkan. ï‚§ï€ Izinkan anak-anak untuk berbagi lelucon mereka, hargai setiap tahapan perkembangan rasa humor me- reka. 4. Perkembangan Intelektual Perkembangan kognitif mengacu pada perkembangan anak dalam berpikir dan kemampuan untuk memberikan alasan. Malkus, Feldman, dan Gardner dalam Catron dan Allen 19992710 menggambarkan perkembangan kognitif sebagai â€â€¦ kapasitas untuk bertumbuh untuk menyampaikan dan menghargai maksud dalam penggunaan beberapa sistem simbol yang secara kebetulan ditonjolkan dalam suatu bentuk pengaturanâ€. Sistem simbol ini meliputi kata-kata, gambaran, isyarat, dan angka-angka. Perkembangan kognitif dari anak- anak yang lebih muda diuraikan dalam beberapa teori yang berbeda di dalam kurun waktu yang berbeda. Para pendukung teori behavioris memiliki segi pandang bahwa anak-anak tumbuh dengan mengumpulkan informasi yang semakin banyak dari hari ke hari. Kebanyakan pengukuran kecerdasan didasarkan pada gagasan untuk mengumpulkan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Pandangan yang lain diutarakan oleh para pendukung teori interaksi, atau teori perkembangan, yang menguraikan pengetahuan sebagai hal yang membangun dari interaksi anak-anak dengan lingkungan mereka. Menurut sudut pandang ini intelektual dipengaruhi oleh kedua hal berikut yaitu kematangan dan pengalaman. Perkembangan kognitif ditandai oleh suatu kemampuan untuk merencanakan, menjalankan suatu strategi untuk mengingat, dan untuk mencari solusi tehadap suatu permasalahan. Piaget dalam Nixon dan Gould 199912 menguraikan perkembangan kognitif dari anak-anak dalam beberapa langkah, yang mencakup tahap sensorimotor, tahap praoperational, dan tahap konkret operasional. Tahapan-tahapan ini mengembangkan anak untuk bertumbuh ke arah kedewasaan dan juga pengalaman. Walaupun usia tidak menjamin keberadaan seorang anak untuk berada pada salah satu tahapan ini, tetapi jumlah setiap individu dari masing-masing golongan usia ini adalah bervariasi; urutan dari tahapan-tahapan, bagaimanapun juga, adalah bervariasi. Dengan kata lain, seorang anak harus melewati setiap tahapan, tetapi anak-anak yang “berbeda†boleh melewati beberapa tahapan dalam rentangan umur yang juga berbeda. Waktu transisi yang diperlukan untuk melewati setiap tahapan cukup lama. Anak-anak tidak pindah secara tiba-tiba dari satu tahapan perkembangan kognitif ke tahapan perkembangan kognitif yang lain - perubahan memerlukan waktu beberapa bulan atau tahun di mana anak mulai membangun dan menyatukan pengetahuan. Seorang anak mungkin melakukan beberapa tugas yang menunjukkan adanya tahapan berpikir praoperasional di mana ia telah melakukan suatu tugas yang lain dalam cara pengerjaan yang sangat 4 Teori Perkembangan Anak Usia DiniImplikasi dalam pengembangan KurikulumAnak-anak yang berada pada tahapan sensorimotor memerlukan pengalaman yang berkaitan dengansentuhan, rasa, dan juga penyelidikan. Dunia anak terorganisir lewat beberapa cara yaitu visual, taktil, dankinestetik. Seorang bayi yang diberikan sebuah mainan baru akan mencoba untuk merasakan, mengguncang,menggelindingkan, dan membanting mainan tersebut. Anak mulai memahami karakteristik dari mainantersebut melalui indra-indra yang berhubungan dengan perasaan dan dapat juga melalui penjelajahan yangdia lakukan terhadap dari sifat fisik dari mainan itu. Sesungguhnya, anak-anak kecil belajar pada suatu tingkat yang cepat dan juga disertai dengan tantangandalam tujuannya untuk membangun kekuatan belajar mereka pada tahap praoperasional secara diam-diam,seperti misalnya mengembangkan aspek bahasa mereka dengan cepat dan juga kemampuan mereka untukmengelompokkan dan mengurutkan, serta untuk menghindari aktivitas yang mengajak mereka untukmemecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan untuk mengemukakan sebuah alasan secaraabstrak. Anak-anak yang berada pada tahap praoperasional dapat belajar dengan baik dengan cara memanipulasisebuah objek untuk mencapai suatu tujuan dari tindakan mereka. Dalam rangka mendorong pemikiran paraguru maka diperlukan suatu perencanaan aktivitas di mana anak-anak mempunyai suatu alasan pribadi yangmereka kemukakan untuk memecahkan suatu masalah, memilih aktivitas di mana anak-anak diharuskanuntuk membuat suatu keputusan, dan menyediakan kesempatan untuk saling bertukar pemikiran. Aktivitas yang melibatkan anak-anak di dalam suatu kerja sama untuk memecahkan masalah dapatmembantu anak untuk melihat suatu masalah dari sudut pandang yang lain sehingga dapat mengubah pemikiranmereka sendiri. Guru sebaiknya merencanakan suatu aktivitas di mana anak-anak dapat bekerja sama untukmemecahkan permasalahan. Mereka menyarankan bahwa aktivitas tersebut dapat berbentuk membuat tendadari selimut dan menyediakan penganan yang merupakan suatu aktivitas yang memerlukan kerja sama yangjuga dapat membantu anak dalam mengembangkan perkembangan kognitif mereka. Bahasa dan berpikir memiliki hubungan yang sangat erat. Para pemikir yang berada pada tahappraoperasional dapat memahami bahasa dengan cepat. Para guru dapat mendorong perkembangan bahasadi mana kosa kata yang baru diperkenalkan dapat memiliki suatu arti. Mereka dapat juga menyajikan modeldari bahasa dalam bentuk percakapan dan bahasa tulisan di mana anak dapat belajar untuk menggunakanbahasa yang mereka miliki dengan ekspresif. Anak-anak yang berada pada tahap preoperational juga dapatmenjadi sangat terampil dalam hal menggelompokkan dan mengurutkan tugas. Para guru dapat menyediakanbahan-bahan yang diperlukan bagi kegiatan mengklasifikasikan, mengurutkan, dan mengelompokkan. Parapemikir yang berada pada tahap praoperasional dapat didorong untuk menceritakan sudut pandang merekaterhadap suatu masalah pada orang lain sehingga mereka mulai dapat untuk mengurangi sikap egosentrismereka. Membantah dan berdebat adalah penting bagi para pemikir yang berada pada tahap praoperationaldan seharusnya tidak boleh dihentikan begitu saja oleh ini akan dipaparkan tahap-tahap perkembangan menurut Piaget terdiri dari tahapan sensorimotor,praoperasional, operasional konkret, dan operasional formula. Dalam pembahasan berikut hanya akandibahas 3 tahapan terkait dengan perkembangan kognitif anak usia dini. 85Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Tahap Sensorimotor mulai dari lahir sampai dengan usia dua tahun Periode ini ditandai oleh adanya interaksi dengan lingkungan yang didasarkan pada penerimaan anak yang berkaitan dengan semua masukan-masukan dari indra adanya rekasi-reaksi dari otot. Periode ini dimulai dengan tindakan yang refleksif, yang secara berangsur-angsur mulai dikendalikan oleh anak, dan diakhiri dengan sebuah konsep perkembangan yang telah dimiliki anak tentang sebuah konsep pemisahan dari orang lain dan juga merupakan permulaan dari berikir simbolis. Tugas dari periode ini adalah untuk mengembangkan suatu konsep dari objek yang tetap, gagasan di mana objek ada bahkan ketika mereka tidak dapat dilihat atau didengar Santrock, 1995167. Tahap Praoperational usia dua sampai tujuh tahun Merujuk pada Santrock 1995228-236 dijelaskan bahwa permulaan dari tahap ini ditandai oleh adanya kemampuan dalam menghadirkan objek dan pengetahuan melalui imitasi, permainan simbolis, menggambar, gambaran mental, dan bahasa lisan. Satu karakteristik yang terkemuka tentang tahapan pemikiran dalam tahapan ini adalah kurangnya konservasi. Konservasi digambarkan sebagai pengetahuan mengenai nomor, jumlah, massa, panjang, berat, dan volume dari objek yang tidak berubah apabila secara fisik. Anak-anak yang masih berada pada tahap praoperasional masih bersikap egosentris di mana mereka tidak dapat menerima pendapat orang lain dengan mudah. Seorang anak yang berada pada tahap praoperational percaya bahwa bahwa semua orang berpikir sama seperti dirinya sendiri dan juga bahwa setiap orang memikirkan hal yang sama dengan dia. Egosentris adalah suatu faktor di dalam pemikiran anak pada tahap ini karena anak-anak tidak mempertanyakan mengenai pemikiran mereka sendiri dan oleh karena itu tidak mengubah skema dengan cepat. Karakteristik yang lain tentang anak-anak yang berada pada tahap praoperational adalah pemusatan. Anak yang berada pada tahap praoperational sudah mulai memperhatikan satu titik permasalahan menghiraukan satu unsur suatu masalah pada waktu yang sama dan tidak dapat mengkoordinir informasi yang diperoleh dari berbagai sumber. Pemusatan dihubungkan dengan klasifikasi, pengurutan, dan tugas- tugas lain yang seperti itu. Berikut ini adalah sebuah cerita lucu sebagai contoh yang menggambarkan tentang centration. Seorang anak dikunjungi oleh sebuah keluarga yang juga merupakan teman dan sekarang mereka sedang pergi ke luar untuk naik perahu. Perahu milik teman berada di samping suatu perahu pada dok yang sama. Satu perahu telah diikat sekitar tiga kaki lebih jauh pada galangan kapal dibandingkan dengan yang lainnya. Anak tersebut berjalan mondar-mandir di dermaga beberapa kali sambil mengamati kedua perahu tersebut. Setelah beberapa menit ia berkata, â€Perahumu lebih panjang pada sisi ini dan perahu yang itu lebih panjang pada sisi yang Karakteristik yang keempat tentang berpikir praoperasional adalah kesukaran yang dihadapi oleh seorang anak yang berusaha membalikkan pemikiran. Reversibitas digambarkan sebagai kemampuan mengikuti satu pemikiran dan kembali lagi pada titik awal. Di dalam memahami masalah tentang nomor, seorang anak diberikan dua baris yang terdiri dari delapan kepingan plastik dan mengamati bahwa mereka adalah sama. Ketika jarak antar keping diperpanjang, maka anak yang berada pada tahap praoperational percaya bahwa jumlah keping tersebut telah berubah karena baris yang ada sekarang lebih panjang. Ketika anak dapat memberikan alasan proses, ia juga mampu menentukan bahwa bergerak atau tidaknya kepingan tersebut tidak akan memengaruhi jumlahnya. Seorang anak mungkin mampu membalikkan operasi secara fisik sebelum dia mampu membalikkan operasi secara 4 Teori Perkembangan Anak Usia Dini Anak-anak yang berada pada tahap praoperational mempunyai kesukaran dalam memberikan alasan yangmasuk akal mengenai transformasi. Anak cenderung untuk berkonsentrasi pada salah satu unsur dan bukanpada proses transformasi dari suatu objek atau benda yang sedang berlangsung dari satu bentuk ke bentuk yanglainnya. Piaget menemukan bahwa anak-anak memiliki kesulitan di dalam berpikir tentang perubahan bentukyang hubungan antara satu peristiwa ke peristiwa yang lainnya. Piaget membuat pengamatan ini ketika sedangberjalan bersama dengan seorang anak melalui hutan dan menggambarkan tentang perhatian yang diberikananak pada seekor keong yang dapat dilihat pada berbagai titik di sepanjang alur tersebut. Anak tersebut tidakdapat menentukan apakah semua keong tersebut adalah sama saja atau merupakan keong yang berbeda. Anak-anak dapat mengamati mulai dari titik awal dan titik akhir dari perubahan bentuk, tetapi mereka juga seringmendapat kesukaran dalam mengikuti semua titik tersebut. Jika seorang anak diminta untuk menggambarkanapa yang terjadi apabila sebatang pensil dijatuhkan ke atas meja, maka ia akan dapat menggambar pensil dariatas meja ke lantai, tapi tidak semua urutan peristiwa yang terjadi ketika pensil sedang jatuh dari atas meja keatas Operasional Konkret usia tujuh sampai sebelas atau duabelas tahunMerujuk pada Santrock 1995308-315 anak-anak mulai pembuatan transisi dari tahap berpikir praoperationalke tahap berpikir operasional dalam berbagai waktu yang berbeda. Di dalam kebanyakan kelas Taman Kanak-kanak beberapa anak akan memulai untuk berpikir secara operasional. Di kelas yang dasar, kebanyakan anakakan menjadi pemikir operasional, meskipun masih banyak anak yang berpikir secara praoperational dalammenyelesaikan beberapa tugas. Piaget dan Inhelder menggambarkan tentang para pemikir operasional sebagaiseseorang yang mempekerjakan “identitas atau reversibilitas dengan melakukan suatu penemuan atau haltimbal balik†dalam memecahkan masalah. Tahapan berpikir konkret oprasional adalah memungkinkan untuk menyelesaikan masalah dengankonservasi dan reversibilitas. Mereka dapat menjadi lebih pantas, atau mengkoordinasikan informasi yangdidapat lebih dari satu sumber yang ada, dalam memecahkan masalah. Mereka tidak bersikap egosentris lagi didalam berpikir. Sebab mereka sadar bahwa orang lain dapat menyimpulkan hal yang berbeda dari kesimpulanmereka sendiri, mereka lebih suka untuk memeriksa kembali kesimpulan yang telah mereka buat sendiri.Nixon dan Gould, 199911-12 Para pemikir yang berada pada tahap praoperational belajar untuk membaca dan menulis dengan baikketika instruksi yang diberikan menjadi dasar bagi kebutuhan mereka dalam suatu konteks untuk membangunsebuah pengertian bagi bahasa tulisan apabila dibandingkan dengan banyaknya peraturan dan pengecualianmereka yang diterapkan dalam semua situasi. Anak-anak yang berada pada tahap praoperasional jugamemahami tentang konsep matematika yang diajarkan dengan menggunakan objek benda nyata yangbertujuan untuk memanipulasi daripada dengan menggunakan simbol. Akhir dari masa berpikir praoperational biasanya bersamaan dengan kesiapan anak yang biasanyadigambarkan sebagai awal pendidikan masa kanak-kanak. Ada pertimbangan yang baik untuk perubahanini. Anak yang berada pada tahap berpikir operasional konkret berpikir secara berbeda daripada anak yangmasih berada pada tahap berpikir operasional dan dapat belajar dari perbedaan pengalaman yang diperolehanak. Anak yang berada pada tahap berpikir operasional konkret memiliki kemampuan untuk berpikirdalam jangka waktu tertentu yang juga menggambarkan pemikiran orang dewasa selama mereka mampuuntuk memanipulasi objek sehingga, mereka dapat berpikir dengan suatu pemikiran yang berdasarkan padakenyataan. Sebagai contoh, seorang dewasa dapat memberikan apabila balok A lebih besar dari balok B dan 87Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini balok B kebih besar dari blok C, maka balok A lebih besar dari balok C. Semua hal ini dapat dilakukan pada tahap perkembangan mental yang sesuai, di mana orang dewasa tidak menyentuh atau melihat balok tersebut untuk mengikuti pemikiran mereka. Seorang pemikir yang berada pada tahap konkret operasional dapat mengikuti pemikiran yang sama hanya apabila dia telah melihat dan juga melakukan penelitian terhadap balok tersebut. Para pemikir konkret membutuhkan pengalaman dalam bidang kurikulum yang tidak membutuhkan alasan formal atau abstrak. Dengan melakukan proses manipulatif, para pemikir yang berada pada tahap operasional konkret akan dapat lebih mudah dalam memahami konsep matematika dan ilmu pengetahuan alam. Mereka dapat memberikan alasan tentang penyebab dan akibat dalam jangka waktu yang berbeda dan sudah dapat mengerti tentang waktu sebagai suatu konsep yang stabil. Dalam memecahkan masalah, mereka dapat menggolongkan object dengan menggunakan beberapa kriteria yang cukup banyak dan mengatur urutan dari suatu rangkaian objek. Sebagai contoh, ketika timbul suatu masalah yang merupakan pencampuran dari semua kombinasi tentang warna dasar, maka para pemikir yang berada pada tahap operasional konkret akan dapat menyelesaikan masalah tersebut jika diizinkan untuk menggunakan warna dan menciptakan kombinasi dari warna-warna tersebut, meskipun tidak membuat semua kombinasi yang memungkinkan. Berpikir dan memberi alasan harus menjadi bagian dari setiap pengalaman anak. Aktivitas tidak perlu dirancang untuk mengajarkan bagaimana cara berpikir pada anak. Apa yang dapat dilakukan oleh para guru adalah menyediakan kesempatan bagi anak untuk menelliti benda mulai dari membuat hipotesis, mengumpulkan data, dan membuat suatu kesimpulan. E. Basis Pendidikan Anak Usia Dini Terdapat 3 tiga basis pendidikan anak usia, yaitu berbasis pada keholistikan dan keterpaduan, berbasis pada multi disilpin ilmu dan budaya, serta berbasis pada perkembangan yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Berbasis pada keholistikan dan keterpaduan Pengembangan anak usia dini mempunyai arah pada pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Pelaksanaannya terintegrasi dalam satu kesatuan program utuh dan proporsional. Secara makro, prinsip holistik dan terpadu mengandung arti penyelenggaraan PAUD dilakukan terintegrasi dengan sistem sosial yang ada di masyarakat dan menyertakan segenap komponen masyarakat sesuai tanggung jawab dan kewenangannya. Dalam hal ini, diharapkan adanya keselarasan antara pendidikan yang dilakukan di berbagai unit pendidikan, yaitu keluarga-sekolah dan mayarakat atau Tripusat Pendidikan. Berbasis pada Multi Disilpin Ilmu dan Budaya Prinsip ini mengandung arti bahwa praktik pendidikan anak usia dini yang tepat perlu dikembangkan berdasarkan temuan mutakhir dalam bidang keilmuan yang relevan. Pendidikan anak usia dini berakar dari ilmu pendidikan. Sedang pohon ilmu pendidikan Body of knowledge atau corpora ilmu pendidikan dari ilmu88
rhdv. 66 96 389 193 325 114 88 286 470
pertanyaan tentang konsep dasar paud